Dalam upaya pengabdian masyarakat yang penuh tantangan, Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil membawa perubahan signifikan bagi masyarakat di Distrik Misool Barat, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya.
Tim pengeboran air bersih dari ITB yang dipimpin oleh Dr. rer. nat. Widodo, bekerja sama dengan Dr. Eng. Arno Adi Kuntoro, Mohammad Farid, Ph.D., dan Dr. Rofiq Iqbal, menjalankan proyek di tiga kampung terpencil: Gamta, Magey, dan Kapatcol.
Tim tersebut berhasil menemukan sumber air bersih yang kini dapat diakses oleh ratusan warga, sehingga mampu mengatasi krisis air bersih di wilayah tersebut. Proyek ini menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal pengangkutan peralatan pengeboran yang memiliki berat lebih dari 10 ton, yang mencakup mesin bor, generator, dan perangkat ultrafiltrasi.
Logistik proyek mencakup perjalanan panjang dari Bandung ke Sorong, Papua Barat Daya, dilanjutkan dengan perjalanan laut menuju Misool Barat, yang merupakan salah satu wilayah terpencil di Indonesia. Setelah peralatan tiba, tim menghadapi medan yang sulit, perubahan cuaca yang tidak menentu, serta masalah teknis.
Proses Pengeboran dan Teknologi Air Bersih
Setelah tiba, tim segera memulai pengeboran di Kampung Gamta, Magey, dan Kapatcol menggunakan teknologi pengeboran dalam untuk menembus lapisan tanah berpasir. Setiap sumber air bersih diuji ketat untuk memastikan kelayakan konsumsi. Teknologi ultrafiltrasi yang dikembangkan oleh Prof. I Gede Wenten digunakan untuk menyaring partikel kecil, bakteri, dan zat besi berlebih, tanpa menghilangkan mineral penting dalam air.
Air bersih kini bisa langsung diminum oleh warga dari keran di setiap kampung, sebuah perubahan besar bagi kehidupan sehari-hari mereka.
Tantangan Logistik dan Kondisi Medan
Salah satu kendala terbesar adalah pengangkutan peralatan bor seberat lebih dari 10 ton melalui jalur laut dan darat. Peralatan harus dibawa menggunakan kapal di tengah cuaca yang sering tidak bersahabat. Setelah sampai di pulau, peralatan harus dipindahkan ke lokasi pengeboran yang aksesnya sulit dan terbatas, sering kali harus melewati bukit pasir dan tebing. Proses pemindahan antar kampung melibatkan pembongkaran dan pemasangan ulang peralatan, yang memakan waktu dan membutuhkan koordinasi dengan masyarakat setempat.
Masalah Teknis dan Penyelesaiannya
Selama proses pengeboran, tim menghadapi kendala teknis, termasuk kerusakan mesin bor dan generator. Di salah satu lokasi, generator mengalami kerusakan berat hingga meledak akibat beban kerja dan kondisi lingkungan yang ekstrem, mengharuskan pengiriman suku cadang dari Sorong.
Meskipun mengalami hambatan, tim mampu mengatasi masalah ini melalui improvisasi teknis dan kolaborasi dengan teknisi lokal serta masyarakat. Ketekunan dan sinergi antara tim ITB dan warga menjadi faktor kunci dalam menyelesaikan proyek ini.
Kolaborasi dan Dampak Langsung
Keberhasilan proyek ini tidak lepas dari kolaborasi antara tim ITB dan masyarakat setempat. Warga di Gamta, Magey, dan Kapatcol tidak hanya membantu pengangkutan peralatan, tetapi juga terlibat dalam persiapan dan penyelesaian masalah. Dukungan dari pemerintah lokal, termasuk Sekretaris Distrik Moh Saleh Wihel, SE, memastikan kelancaran logistik dan perizinan proyek.
Keberhasilan ini membawa dampak besar bagi warga. Sebelumnya, mereka harus berjalan jauh untuk mendapatkan air atau mengandalkan air hujan yang sering tidak mencukupi. Kini, akses air bersih yang mudah telah meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama dari segi kesehatan. Warga mengadakan acara syukuran di Kampung Kapatcol untuk merayakan pencapaian ini, yang dihadiri oleh kepala desa, tim ITB, dan perwakilan DRPM ITB.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Proyek ini didukung oleh Yayasan LAPI, DRPM ITB, dan Kemendes PDTT. Kolaborasi ini merupakan contoh sukses dalam mengatasi masalah air bersih di wilayah terpencil dan mendukung pencapaian RPJMN 2025-2029, yang berfokus pada pengembangan infrastruktur dasar di daerah terpencil.
ITB membuktikan bahwa teknologi dan sinergi lintas sektor dapat mengatasi tantangan besar seperti logistik, medan berat, dan kendala teknis. Keberhasilan proyek di Misool Barat diharapkan dapat menjadi model bagi program serupa di wilayah lain di Indonesia, serta mendukung tujuan SDGs dalam penyediaan akses air bersih yang berkelanjutan.
Dengan adanya air bersih yang kini menjadi bagian dari kehidupan warga di Gamta, Magey, dan Kapatcol, diharapkan kualitas hidup dan kesehatan mereka akan meningkat. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa dengan kolaborasi dan inovasi, krisis air bersih di Indonesia dapat teratasi.
Berita Terkait:
teropongnews.com: Keberhasilan Pengabdian Masyarakat ITB dalam Penyediaan Air Bersih di Misool Barat, Papua Barat Daya
pengabdian.lppm.itb.ac.id: ITB Mencurahkan Air Siap Minum untuk Distrik Misool