Pandemi COVID-19 sangat menguji ketersediaan akses internet di Indonesia, terlebih pada daerah yang sulit dijangkau akibat kendala geografis. Ketersediaan dan berfungsinya infrastruktur digital menjadi sangat penting dan strategis untuk menjawab tantangan akses dan konektivitas internet di Indonesia.
Untuk mengatasi kendala geografis dalam penyediaan konektivitas serta mengatasi kelemahan lainnya pada teknologi komunikasi terdahulu, tim ilmuwan ITB yang dipimpin oleh Dr. Irma Zakia, S.T., M.Sc., dari Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB mengusulkan teknologi cell-free massive multiple-input multiple output (MIMO) pada jaringan aerial-terestrial terintegrasi beyond 5G (B5G).
Teknologi cell-free massive MIMO memiliki banyak access point (AP) yang bekerja sama melayani banyak pengguna pada alokasi frekuensi dan waktu yang sama. Tiap access point dapat dipandang sebagai sebuah perangkat base station terestrial atau base station aerial (unmanned aerial vehicle dan high altitude platform station).
Dengan tujuan memaksimumkan efisiensi spektral, diperlukan pengaturan alokasi frekuensi yang tersedia untuk pengguna yang berbeda. Mengingat jumlah pengguna yang sangat banyak dan bahkan membesar tanpa batas, maka teknologi cell-free massive MIMO harus bersifat dapat diskalakan dalam hal pemrosesan untuk mendapatkan pengetahuan kanal.
Untuk itu, tim mengusulkan algoritma pembentukan cluster yang terpusat di tiap pengguna, sehingga tiap pengguna pada tiap cluster dilayani beberapa AP. “Dari sudut pandang AP, cluster yang terbentuk saling tumpang tindih, sehingga diperlukan pengalokasian pilot saling ortogonal untuk cluster yang berbeda,” paparnya.
Algoritma yang diusulkan mengungguli algoritma benchmark dalam hal 95% -likely per-user efisiensi spektral ketika jumlah pengguna sangat besar sehingga mampu meningkatkan performansi jaringan terintegrasi aerial-terestrial B5G dalam hal efisiensi spektral*
Contact: irma.zakia@itb.ac.id
Tergabung dalam Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Setelah menyelesaikan S-1 di ITB, ia meraih gelar master di Rheinisch West Falische Technische Hochschule, Jerman dan gelar doktornya di ITB.