Wabah pandemi penyebaran virus COVID-19 memberikan pukulan keras akan situasi dan kondisi ekonomi di dunia. Dari berbagai sektor yang mendapatkan tantangan dari COVID-19, yang terdampak paling besar yakni industri pariwisata. Kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan agar masyarakat tetap tinggal di rumah saja dan tidak melakukan perjalanan, apalagi berpindah kota. Hal tersebut guna meminimalkan penyebaran virus. Sektor Industri haji dan umrah turut terpukul dengan adanya larangan kegiatan umrah dan haji. Banyak perusahaan travel haji dan umrah mengalami stagnasi.
Di sisi lain jemaah haji maupun umrah sudah banyak yang mengantri. Mereka menunggu keberangkatan yang mengalami penundaan selama terjadinya pandemi virus COVID-19. Para calon jemaah haji dan umrah biasanya melakukan latihan manasik yang difasilitasi oleh agen haji dan umrah untuk persiapan keberangkatan. Namun, saat itu kondisinya menjadi tidak memungkinkan dilakukan karena adanya pembatasan aktivitas yang mengumpulkan banyak orang.
Perkembangan teknologi augmented virtual reality (VR) yang semakin pesat memungkinkan membantu para calon jamaah haji maupun umrah untuk tetap melakukan manasik agar ibadah yang dilaksanakan bisa berjalan dengan lancar. Dengan menggunakan teknologi VR, para calon Jemaah umrah dan haji dapat melakukan latihan manasik haji di tempat masing-masing sehingga dapat menghindari kerumunan. Dengan demikian, ketika umrah dan haji telah dibuka kembali, para calon jemaah haji dan umrah bisa langsung diberangkatkan dengan persiapan yang sudah matang.
Oktofa Yudha Sudrajad, Ph.D. yang tergabung dalam Kelompok Keahlian Risiko Bisnis dan Keuangan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB dan tim melakukan pengembangan teknologi virtual reality untuk industri halal tourism (haji dan umrah). Pemimpin tim, Oktofa Yudha, Ph.D. mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah membuat teknologi virtual reality (VR) yang dapat digunakan untuk latihan manasik sehingga manasik dapat dilakukan secara mandiri. Sementara, target dari kegiatan ini adalah konsumen industri halal yaitu jemaah haji dan umrah yang tertunda pemberangkatannya selama pandemi COVID-19. Meskipun demikian, produk yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh agen travel haji dan umrah untuk orang-orang yang ingin manasik haji dan umrah secara mandiri. Kegiatan ini akan berkolaborasi dengan travel-travel haji dan umrah untuk membantu jemaahnya dapat berlatih manasik secara mandiri.
“Model virtual reality akan dibangun dengan menggunakan model tiga dimensi (3D) dalam bentuk highpoly bekerja sama dengan lab Laboratory Educational Game (LEG) SBM ITB. Sedangkan untuk lingkungan industri halal khususnya untuk haji dan umrah bekerja sama dengan Center for Islamic Business and Finance (CIBF) SBM ITB,” ujar Oktofa Yudha, Ph.D.
Dari pihak eksternal yang dilibatkan adalah Kelompok Bimbingan Haji (KIBH) Salman dan juga agen travel umrah.
“Hal itu untuk mendapatkan gambaran lingkungan virtual reality yang akan dibangun, seperti objek-objek yang berada pada lingkungan Masjidil haram (Ka’bah), lingkungan Mas'a (tempat sa’i), lingkungan Padang Arafah, dan saat melempar Jumroh di Mina. Di samping itu audio-audio pendukung untuk model yang dibangun,” papar Oktofa Yudha, Ph.D.
Output yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah prototipe 3D VR Pelayanan Manasik Haji dan Umrah. Aplikasi "Simulasi Umrah dan Haji" sudah dapat diunduh di Google Playstore Pada tautan berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.legsbmitb.vrumrohdanhaji.
Aplikasi ini tersedia untuk publik untuk membantu jemaah mempelajari tahapan-tahapan dan doa-doa dalam melaksanakan ibadah haji dan umrah yang diperjelas dalam bentuk 3D virtual reality.
Tergabung dalam Kelompok Keahlian Risiko Bisnis dan Keuangan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB. Setelah mendapatkan gelar sarjana dan masternya di ITB, ia menyelesaikan S-3 di University of Liege, Liege, Belgia.