Peuyeumisasi, Ubah Sampah jadi Energi

Sampah biomassa dan sampah domestik di Indonesia diperkirakan mencapai 135.000 ton per hari.  Jumlah ini tentu saja sangat besar dan seringkali menimbulkan masalah, tetapi jika dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai sumber energi, akan menjawab beberapa masalah sekaligus, seperti mengurangi emisi, alternatif energi dan mengurangi penebangan hutan, menyelesaikan masalah sampah bahkan hingga berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat.

 “Telah ada sistem pengelolaan sampah biomassa dan domestik yang dikembangkan oleh start-up PT Comestoarra  Bentarra Noesantarra disebut sistem Tempat Olahan Sampah di Sumbernya (TOSS) menggunakan teknik penyeumisasi, sampah dibuat lunak terlebih dahulu kemudian dicacah dan selanjutnya dicetak berbentuk pelet, kita sebut pelet bakar sampah biomasa.  Teknologi proses ini dikembangkan oleh bapak Dr. Supriadi Legino (pernah menjabat sebagai rektor ITPLN dan juga Direktur SDM PLN) dan bapak Arief Noehidayat Hastowo, S.I. Kom. M.Sc. (CEO PT Comestoara).  Pelet bakar ini kemudian akan digunakan sebagai pengganti batubara di proses di PLTU, sehingga sering disebut sebagai pelet dari sampah organik ini disebut batubara nabati,” papar dosen dari Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur FTI ini, Minggu (27/2/2022).

Menurut Rachmawati Wangsaputra, Ph.D, dalam pelaksanaan program pengabdian ini, pihaknya berkolaborasi dengan Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia (STIMLOG) dan Comestoarra.  STIMLOG membantu dari sisi perancangan rantai pasok produk sampah; tim STIMLOG dipimpin oleh ibu Hartati, M. Pakpahan, S.T., M.T. ketua LPPM STIMLOG.   Comestoarra sebagai pengembang teknologi pembuatan pelet bakar dari sampah organik, sudah melaksanakan program besar dari pulau Jawa hingga pulau Flores dan lebih berfokus pada proses makro, level kota.  Pada PM Bottom UP 2021 ini tim kolaborasi ITB-STIMLOG-Comestoarra kami ini fokus pada level lebih mikro yaitu RT / RW – kelurahan, dimana selain sampah masyarakat harus terolah dan habis di sumbernya, yaitu sesedikit mungkin sampah yang harus diangkut ke TPS/TPA, juga harus tumbuh ecopreneur sampah di wilayah tersebut.  Ada 4 (empat) produk sampah organik yaitu: kompos, pelet bakar sampah biomasa daun, briket daun (proses pirolisis) dan peternakan maggot.  Hal ini dilakukan agar ecopreneur sampah cepat mandiri, karena beberapa produk (kompos dan magot) sangat cepat terserap pasar, beberapa produk, perlu usaha lebih untuk membentuk rantai pasoknya.  Sedangkan untuk sampah anorganik, kami baru pada level collecting saja kemudian menyalurkan ke Bank Sampah atau pun pengepul.

Dua daerah yang menjadi sasaran sistem pengelolaan sampah adalah di Kota Mataram, Lombok dan di daerah kelurahan Cibeunying kecamatan Cimenyan, Bandung.  Karena memang diharapkan sistem ini berkelanjutan, pada PM Bottom UP 2021 ini kami membentuk 2 (dua) balai pelatihan yaitu, Balai Pelatihan dan Pendampingan Ecopreneur Sampah Bandung (BPPES Bandung) dan BPPES Mataram.  

Fokus kegiatan di Mataram adalah pada pengolahan sampah biomassa sampah daun menjadi pelet bakar agar bisa berkualitas dan mulai memenuhi syarat untuk memasok PTLU. “Selain itu, pelet bakar biomasa sampah daun ini dapat digunakan juga untuk energi rumah tangga untuk memasak ataupun untuk pelaku UMKM dengan mengunakan kompor biomasa.”

Sementara di Kab. Bandung dan sekitarnya, tujuan program ini adalah meningkatkan budaya ekologi masyarakat dan menumbuhkan ecopreneur sampah. Dimulai dari membudayakan proses memilah sampah domestik dan meningkatkan proses pemanfaatan sampah domestik di daerah pemukiman sekitar kota Bandung sehingga sampah habis terolah di daerah sumber, tidak perlu berpindah ke TPS/TPA dan tentu utamanya adalah menumbuhkan ecopreneur sampah.  Tag line yang kami gunakan adalah “Our heritage for U next-G: the ecological culture we’ve have been creating”. Dari BPPES Bandung telah ditumbuhkan 3 (tiga) ecopreneur sampah dan dari BPPES Mataram telah ditumbuhkan 1 (satu) ecopreneur sampah.  Info lebih lanjut dapat dilihat di https://ajidarmap.wixsite.com/website.

“Kedua BPPES terus berkegiatan di tahun 2022 ini dengan meningkatkan kolaborasi.  BPPES Bandung saat ini mengelola 3 (tiga) area warga yaitu di daerah kel. Cibeunying- daerah Ciumbeuleuit dan daerah desa Sariwangi dan berkolaborasi dengan Bank Sampah Sesama; sedangkan BPPES Mataram berkolaborasi dengan Bank Sampah NTB Mandiri.

Semoga  produk pelet bakar biomasa sampah organik ini bisa terus meningkat produksinya di Indonesia; kami targetkan minimal setiap RW ada 1 (satu) ecopreneur sampah, dan batubara nabati ini terasa manfaatnya sebagai pengganti batubara, apalagi cadangan batubara Indonesia diperkirakan tinggal 65 tahun lagi; sementara industri di Indonesia masih besar ketergantungannya pada batubara.  Dan utamanya budaya ekologi masyarakat Indonesia makin meningkat dan inilah warisan masyarakat saat ini untuk generasi selanjutnya” paparnya.  Terimaksih kepada ITB atas pendanaan yang telah diberikan pada tahun 2021*

PENULIS ARTIKEL
Rachmawati Wangsaputra, Ph.D. • Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur Fakultas Teknik Industri ITB

Rachmawati Wangsaputra, Ph.D. adalah dosen tergabung dalam Kelompok Keahlian Sistem Manufaktur Fakultas Teknik Industri ITB. Lulusan New Mexico State University, Las Cruces – AS..

1091

views

02 March 2022