Mengembangkan Pariwisata Virtual di Indonesia

Kemunculan revolusi industri 4.0 dan kemudian 5.0 di Jepang berdampak di semua bidang, termasuk di sektor pariwisata. Konsep e-tourism kemudian muncul untuk menggambarkan bagaimana dunia pariwisata didorong untuk melakukan digitalisasi berbagai aktivitasnya. E-tourism didefinisikan sebagai digitalisasi semua proses dan rantai nilai dalam industri pariwisata, perjalanan, perhotelan, dan katering. Saat ini semua bisnis pariwisata sudah terhubung dan memengaruhi satu sama lain. Tidak ada lagi usaha pariwisata yang dilakukan secara mandiri tanpa keterlibatan usaha lainnya.

Digitalisasi dalam industri pariwisata pada gilirannya kemudian menghasilkan konsep virtual tourism. Virtual tourism (VT) atau pariwisata virtual merupakan fenomena yang saat ini tengah banyak di lakukan oleh berbagai kalangan, terutama terdorong oleh pembatasan aktivitas terkait dengan pandemi COVID-19. Pariwisata secara konvensional menuntut seseorang untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dalam durasi waktu tertentu.

Namun, virtual tourism telah menggeser konsep tersebut. Dalam konsep ini seseorang tidak perlu melakukan perjalanan sama sekali untuk dapat menikmati suatu destinasi tertentu. Untuk itu, dalam mengembangkan virtual tourism perlu mempertimbangkan pula beberapa permasalahan yang mungkin muncul selain konsep dasar mengenai perjalanan tersebut. Misalnya kondisi kesiapan destinasi, dampak ekonomi yang dihasilkan bagi masyarakat di destinasi, siapa saja pemangku kepentingan yang perlu dilibatkan, hingga bagaimana tata kelola kelembagaan yang tepat yang bisa diterapkan dalam mengembangkan virtual tourism di Indonesia.

Tentunya akan muncul beberapa permasalahan lain yang perlu dikaji terkait dengan pengembangan virtual tourism. Oleh karena itu, kajian ini dirasakan perlu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ilmuwan ITB dari Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota SAPPK, Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat Putro, D.E.A., bersama tim melakukan penelitian kajian virtual tourism yang dilakukan bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Tim memberikan sejumlah rekomendasi langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat mengatasi/menjawab sepuluh isu strategis pengembangan pariwisata virtual di Indonesia, yaitu pemasaran, SDM dan organisasi, sumber daya dan infrastruktur, keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan, penguatan ekosistem, konsep, regulasi, ketahanan budaya melalui pariwisata virtual, data, dan pariwisata virtual untuk kepariwisataan berkelanjutan.

Selain itu, tim memberikan rekomendasi khusus sebagai masukan dalam pengembangan kebijakan dan strategi dalam mengembangkan lima fungsi pariwisata virtual, yaitu fungsi daya tarik wisata, pendidikan, pemasaran, perencanaan, dan pengelolaan, serta dalam meningkatkan kolaborasi peran para pihak terkait dalam penyelenggaraan pariwisata virtual di Indonesia.

Contact: purboyohp@gmail.com

PENULIS ARTIKEL
Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat Putro, D.E.A. • Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangkan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB 

Tergabung dalam Pusat Perencanaan dan Pengembangkan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB. Setelah menyelesaikan sarjana di ITB, ia meraih gelar S-2 dan S-3 di Universite de Paris VIII, Paris, Prancis.

357

views

09 November 2022