Desa Cinangsi, Kab. Cianjur, Jawa Barat memiliki sebuah TPS yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat sekitar. Kemunculan TPS ini diinisiasi oleh ketua RT setempat sebagai respons dari penyuluhan dan pembinaan program PM ITB terdahulu agar masyarakat tidak membuang sampah di kali. Sampah anorganik sejumlah rata-rata 4 kuintal per minggu yang berasal dari setiap RT dahulu hanya dibuang langsung ke kali. Hal itu menyebabkan airnya menjadi dangkal dan kotor sehingga tidak lagi dapat digunakan untuk mencuci dan mandi.
Sejak 2021 masyarakat Kampung Tarikolot sudah terbiasa membagi sampah ke jenis organik dan anorganik. Sampah organik ada yang diolah menjadi pupuk, ada juga yang dibuang secara langsung. Sementara, sampah anorganik dikumpulkan oleh petugas yang ditunjuk oleh RT dengan menggunakan gerobak kecil. Pengumpulan sampah dilakukan pada hari Selasa dan Sabtu setiap minggunya. Sampah anorganik dikumpulkan oleh petugas dan dibawa ke TPS.
Dari jenis sampah anorganik yang dikumpulkan tersebut, petugas akan memilah-milah lagi mana sampah yang dapat dimanfaatkan kembali seperti botol plastik, botol kaca, dengan sampah plastik yang sudah sangat kotor dan rusak sehingga tidak mungkin untuk dimanfaatkan. Sampah plastik dan kaca yang dapat dimanfaatkan kembali pun pada akhirya dijual kepada pengepul karena petugas dan masyarakat tidak dapat mengolahnya sendiri.
Di sisi lain, sampah plastik yang sudah telanjur kotor dan tidak bisa dijual semakin lama semakin menumpuk. Pada akhimya kepala RT memutuskan untuk membakar sampah karena khawatir penumpukan akan menimbulkan masalah baru.
“Kegiatan ini bertujuan untuk mencari solusi dari sampah anorganik tersebut bagi masyarakat di Kampung Tarikolot, Desa Cinangsi, Kab. Cianjur. Target dari kegiatan ini adalah pemberdayaan bagi masyarakat Desa Cinangsi untuk dapat mengolah sampah anorganiknya secara mandiri dan memberikan nilai tambah ekonomi pada sampah yang telah diolah kembali dengan teknologi yang sederhana,” kata Meirina Triharini, S.Ds., M.Ds., Ph.D.
“Pendekatan yang dilakukan yaitu melakukan survei awal untuk mengetahui jenis sampah anorganik yang belum dikelola di Desa Cinangsi, memetakan permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat untuk mencari tahu kemungkinan berbagai arah penyelesaian permasalahan yang paling berdampak positif pada masyarakat, membuat atau merancang produk pengolah sampah anorganik, dan memproduksi secara kreatif sampah anorganik yang dapat dikelola oleh masyarakat setempat. Selain itu, dilakukan pelatihan untuk mengolah sampah anorganik kepada masyarakat,” tutur Meirina, Ph.D.
Kegiatan penyerahan alat pencacah sampah plastik dan oven dilakukan pada tanggal 28 November 2022. Pada saat penyerahan alat, tim juga melakukan workshop untuk praktik pembuatan produk yang berbahan sampah plastik yang diikuti oleh warga Kampung Tarikolot.
Tergabung dalam Kelompok Keahlian Manusia dan Desain Produk Industri Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Ia menyelesaikan studi sarjana dan magisternya di ITB, lalu melanjutkan studi S-3 di Kanazawa University, Kanazawa, Jepang.