Secara geologis daerah Tuban didominasi oleh pegunungan kapur dan mempunyai iklim kering yang bervariasi dari agak kering hingga sangat kering pada 19 kecamatan. Meskipun pada musim hujan, di Desa Grabakan, misalnya, tetap mengalami krisis air bersih atau kekeringan.
“Perlu penerapan teknologi tepat guna untuk memperoleh air bersih, yaitu dengan teknologi instalasi penyaringan air sungai dengan memanfaatkan komponen atau material yang ada di daerah pengabdian,” kata Dr. rer. nat. Widodo, S.T., M.T. dari Kelompok Keahlian Geofisika Terapan dan Eksplorasi, FTTM ITB yang memimpin tim pengabdian kepada masyarakat.
Lebih lanjut Dr. Widodo menjelaskan, sistem ini menggunakan penyaringan teknologi river streamflow, yaitu mengalirkan air sungai ke permukaan dan air bersih diperoleh dari saringan yang dimodifikasi. Sistem ini akan bekerja secara otomatis dengan memanfaatkan sistem radar dan menggunakan kolam penampungan. “Dengan sistem ini masyarakat akan mudah dalam melakukan perawatan dan dapat menghasilkan air bersih 100 m3 hingga 300 m3 per hari,” paparnya.
Solusi alternatif kedua yang ditawarkan yaitu dengan mencari sumber air bersih di bawah permukaan dengan pemanfaatan teknologi geofisika untuk menetukan lapisan yang mempunyai potensi adanya lapisan air bersih. “Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan memberikan pelatihan dari teknologi river streamflow dan teknologi geofisika untuk membuat sumur artesis,” jelas Dr. Widodo.
Tidak berhenti pada pelatihan, menurut rencana program pengabdian ini akan dikembangkan pada tahapan mengaplikasikan peralatan yang dibuat untuk eksplorasi lanjutan dari akuifer air tanah, selain juga melakukan metode river sediment streamflow.*
Contact: widodo@gf.itb.ac.id
Dr. rer. nat. Widodo, S.T., M.T. tergabung dalam Kelompok Keahlian Geofisika Terapan dan Eksplorasi-FTTM ITB, selain aktif di Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D). Setelah menyelesaikan S-1 dan S-2 di ITB, ia mendapatkan gelar doktor di Universitat zu Koln, Koln, Jerman.