Sektor pertanian dan peternakan adalah salah satu sektor yang menghasilkan limbah organik dalam jumlah besar yang sebagian besar dibuang begitu saja sehingga berpotensi menjadi bahan pencemar lingkungan. Padahal, limbah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi biogas dan pupuk organik. Masyarakat Desa Jatiroke, Kab. Sumedang belum sepenuhnya memahami pengolahan limbah organik menjadi biogas meski sudah memproduksi pupuk organik.
Dosen dari Kelompok Keahlian Bioteknologi Mikroba SITH ITB, Anriansyah Renggaman, M.Sc., Ph.D., memimpin tim dalam aplikasi teknologi pengolahan limbah organik secara terpadu di desa sekitar Gunung Geulis untuk menghasilkan biogas. “Pemanfaatan limbah organik kotoran domba menjadi biogas ini dilakukan agar dapat menjadi solusi dari akumulasi limbah organik serta kebutuhan bahan bakar fosil yang meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang pesat,” tutur Anriansyah Renggaman, Ph.D. yang merupakan lulusan Seoul National University.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Anriansyah Renggaman, Ph.D. diawali dengan memaparkan materi mengenai aplikasi dan pemanfaatan biogas yang kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi perakitan reaktor biogas dan praktik pembuatan biogas secara berkelompok dipandu oleh tim asisten. Proses pembuatan biogas meliputi persiapan substrat, perakitan reaktor, dan pengecekan biogas oleh yang dilakukan oleh warga dari Forum Komunikasi Gunung Geulis (FKGG).
Persiapan dilakukan dengan pelumatan substrat dari kotoran domba dan penambahan air hingga didapatkan konsistensi seperti pasta. Substrat kemudian dimasukkan ke reaktor dan ditutup rapat. Reaktor biogas selanjutnya disimpan di tempat yang aman dan sejuk. Setelah beberapa hari, dilakukan pengecekan keberadaan gas metana dari reaktor. ”Selanjutnya akan dilakukan monitoring secara berkala serta pendampingan kepada masyarakat untuk mengolah berbagai limbah organik lainnya. Reaktor biogas yang dibuat disimpan di Sekretariat Forum FKGG agar warga yang tertarik dapat melihatnya secara langsung,” ujarnya.
Pengabdian masyarakat ini tidak terlepas dari kerja sama antara KK Bioteknologi Mikroba Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati dengan Forum Komunikasi Gunung Geulis (FKGG). Manfaat dari kerja sama ini adalah kemudahan untuk menyebarkan informasi kepada anggota forum FKGG yang merupakan warga dari 8 Desa di sekitar Gunung Geulis. “Harapannya melalui kerja sama dengan FKGG ini diseminasi teknologi pengolahan limbah organik menjadi biogas ini lebih mudah dilakukan dan terdapat rencana untuk membuat reaktor biogas dengan skala yang lebih besar lagi.”
Contact: anriansyah.r@itb.ac.id
Tergabung dalam Kelompok Keahlian Bioteknologi Mikroba Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di ITB dan kemudian melanjutkan studi S-2 serta S-3 di Seoul National University, Seoul, Korea Selatan.