Bank Sampah Syariah, Mengapa Tidak?

Pengelolaan sampah menjadi isu krusial, dengan perhitungan setiap individu membuang 0,6 kg sampah per hari, untuk ukuran Bandung saja sudah ada 1.500 ton sampah setiap harinya. Tidak heran, jika kita melirik sampah di Indonesia yang menurut Badan Pusat Statistik pada 2016, jumlah sampah yang dibuang 261 juta warga Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun.

Oleh karena itu, pengelolaan sampah menjadi isu krusial yang seharusnya dijawab dengan melibatkan seluruh pihak, karena jika dikelola dengan baik, sampah juga bisa membuka peluang dan potensi ekonomi. Berbagai upaya dilakukan dalam mengatasi masalah sampah ini, termasuk menerapkan konsep ekonomi sirkuler, melalui pendekatan bank sampah. “Bank sampah menjadi model untuk mendorong industri pengolahan limbah,” kata Ilmuwan ITB dari Kelompok Keahlian Risiko Bisnis dan Keuangan Sekolah Bisnis dan Manajemen, Taufik Faturohman, S.T., MBA, Ph.D.

Dalam rangka lebih mengembangkan pendekatan tersebut, Taufik Ph.D. memimpin tim dalam melakukan kajian untuk melihat bagaimana bank sampah dikembangkan, termasuk dengan menerapkan konsep bank sampah syariah di Indonesia. “Hasilnya menunjukkan bahwa bank sampah syariah bisa efektif mengelola sampah rumah tangga. Penerapan prinsip-prinsip syariah dalam konteks ini juga relevan di Indonesia,” jelas Taufik Ph.D.

Melalui program pengabdian kepada masyarakat, tim melakukan pelatihan untuk meningkatkan literasi masyarakat, khususnya di kota Bandung, terhadap pengelolaan sampah rumah tangga menuju zero waste society. “Sekaligus pula, kami mencoba menghasilkan model bank sampah Syariah yang akan didiseminasikan dalam bentuk modul dan artikel ilmiah.” Modul yang akan dikembangkan, menurut Taufik Ph.D. akan menjadi modal utama penyebaran dampak yang lebih besar pada tahapan pengabdian masyarakat yang selanjutnya.*

Contact: taufik.f@sbm-itb.ac.id

PENULIS ARTIKEL
Taufik Faturohman, S.T., MBA, Ph.D. • Kelompok Keahlian Risiko Bisnis dan Keuangan, SBM ITB

Tergabung dalam Kelompok Keahlian Risiko Bisnis dan Keuangan, Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, selain aktif di Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D). Setelah menyelesaikan S1 dan S2 di ITB, ia mendapatkan gelar Doktor di Curtin University of Technology, Sydney – Australia.

335

views

31 May 2022