Asa Bagi Anak Indonesia Tetap Bersekolah

Tidak sedikit warga negara Indonesia yang mengadu nasib, menjadi pekerja di perkebunan sawit di negara jiran. Sebagai pekerja perkebunan, waktu dan tenaga mereka habiskan di antara tegakkan sawit dengan meninggalkan anak-anak di tempat tinggal di sekitar kawasan perkebunan. Data Konsulat Jenderal Republik Indonesia Kota Kinabalu pada 2008, menunjukkan sebanyak 24.199 anak-anak Indonesia di negeri Sabah.

Pemerintah Indonesia kemudian mendirikan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) yang merupakan bagian dari Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) yang sedikit berbeda. SILN lain biasanya didirikan untuk staf dan pegawai kantor Indonesia di luar negeri, sementara SIKK memang didirikan untuk anak-anak pekerja perkebunan sawit yang tersebar di daerah-daerah terpencil di Sabah.

“Para tutor harus bekerja keras untuk menjangkau sasaran dan seringkali harus berjalan kaki berkilo meter atau naik truk terbuka untuk menuju daerah binaan. Selain itu, seorang tutor harus siap melayani semua anak dengan berbagai usia dan tingkatan, serta mengajar semua mata pelajaran, termasuk mengajar mengaji dan pendidikan agama,” kata ilmuwan ITB dari Kelompok Keahlian Elektronika, Dr. Ir. Mervin Tangguar Hutabarat, M.Sc.

Permasalahan lain yang terjadi yaitu kurangnya penanaman nilai-nilai moral, karakter dan nasionalisme. “Hal ini antara lain terjadi karena orang tua mereka sibuk bekerja di kelapa sawit, sehingga tidak adanya pola asuh dan interaksi yang baik di dalam lingkungan keluarga,” lanjut Dr. Mervin.

Berdasarkan permasalahan tersebut, kami dari tim peneliti PPTIK ITB menerapkan salah satu hasil produk teknologi tepat guna yang dihasilkan dari riset yang sudah dilakukan. “Kami melihat adanya keselarasan antara fungsi aplikasi dengan kendala yang dihadapi oleh SIKK. Aplikasi Vidyarossa sendiri bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi kegiatan pada aspek afektif. Namun, tidak menutup kemungkinan, guru juga dapat memantau kegiatan belajar peserta didik pada aspek kognitif,” papar Dr. Mervin.

Dengan Vidyarossa, guru dapat mengetahui perkembangan dan keaktifan peserta didik melalui dokumentasi foto yang dikirim secara realtime oleh peserta didik. Selain itu, guru dan pihak sekolah dapat melihat rekapitulasi pelaporan kegiatan secara berkala melalui web dashboard dan aplikasi mobile.

Jenis kegiatan belajar yang dipantau dapat disesuaikan dengan kebutuhan sekolah dengan cara menggolongkan jenis kegiatan berdasarkan kategori seperti kegiatan ibadah harian, kegiatan mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah, kegiatan praktik lapangan, kegiatan budaya dan sebagainya. Selain itu, pihak sekolah dapat menggolongkan jenis kegiatan tersebut ke dalam penilaian aspek sikap seperti tanggung jawab, disiplin, peduli, sopan santun dan jujur.*

Contact: m.hutabarat@ieee.org

PENULIS ARTIKEL
Dr. Ir. Mervin Tangguar Hutabarat, M.Sc. • Kelompok Keahlian Elektronika - STEI ITB

Tergabung dalam Kelompok Keahlian Elektronika - STEI ITB, selain aktif di Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D). Setelah menyelesaikan S1 di ITB, ia meraih gelar Master di The Ohio State University, Amerika Serikat dan gelar Doktor di University of London, Inggris.

431

views

03 June 2022