Akuaponik, Mengintegrasikan Budidaya Ikan dan Tanaman

Kita telah terbiasa mendengar hidroponik, budi daya tanaman pertanian yang terutama menjawab keterbatasan lahan dan ketersediaan air. Pada hidroponik, air dialirkan secara kontinu membasahi akar sayuran. Melangkah lebih jauh, air yang mengalir melewati akar tanaman masih bisa dioptimalkan dengan pendekatan akuaponik, budi daya ikan yang terintegrasi dengan hidroponik. “Akuaponik adalah sistem budi daya akuakultur yakni memelihara ikan yang diintegrasikan dengan sistem hidroponik yakni memelihara tanaman,” kata ilmuwan ITB dari Kelompok Keahlian Sains dan Bioteknologi Tumbuhan SITH, Dr. Taufikurahman, yang memimpin tim Pengabdian Masyarakat Desa Binaan ITB Pengembangan Energi di Desa Haurngombong, Sumedang 2021-2025.

Pada tahun pertama (2021) kegiatan difokuskan pada bidang pertanian melalui pembuatan purwarupa akuaponik. Kolam ikan dibuat dengan tumpukan batu berukuran 3x2 meter dengan ketinggian 1 meter, lalu di dalamnya diberi plastik untuk dapat menampung air. Air dari kolam ikan ini disedot dengan pompa dan dialirkan ke pipa-pipa paralon yang dilubangi untuk penanaman tumbuhan berupa sayuran. Unit akuaponik ini dilengkapi dengan pompa listrik, naungan dari fiberglass transparan yang diberi struktur penguat dari baja ringan.

“Kami telah mendistribusikan sebanyak enam unit akuaponik lengkap kepada masyarakat disertai dengan bibit ikan dan bibit tanaman sayurannya sejak bulan September 2021 secara bertahap. Setelah itu kami memberikan pendampingan berupa kunjungan secara rutin kepada warga yang mendapatkan bantuan unit akuaponik untuk menanyakan jika ada permasalahan yang ditemui dalam pengoperasian dan pemeliharaan akuaponik tersebut,” paparnya.

Selanjutnya dilakukan workshop bersama warga yang mendapat pemberian unit akuaponik dan warga lain di kebun pendidikan ITB Haurngombong. “Keluaran yang diharapkan dari program ini adalah terlaksananya pembinaan bagi masyarakat desa Haurngombong di bidang peternakan, pertanian, dan bioenergi. Pada tahun pertama ini kami membuat prototipe akuaponik dengan booklet berisi panduan pembuatan dan pengoperasian dan pemeliharaannya,” lanjutnya.

Program pada tahun berikutnya, selain menambah unit akuaponik untuk didistribusikan pada warga, juga akan dikembangkan alternatif sumber energi, di antaranya yang dipakai untuk sumber listrik bagi pompa yang digunakan dalam akuaponik. Selain itu, sumber listrik alternatif ini rencananya juga akan digunakan pemberian cahaya bagi budi daya tanaman buah naga dan untuk penerangan jalan. “Kami berharap untuk dapat mengembangkan percontohan kebun energi di Desa Haurngombong dengan prototipe di kebun pendidikan ITB yang terdapat di desa tersebut. Sumber listrik alternatif akan dikembangkan dari konversi biogas, kemudian dari solar sel dan dari turbin angin.”

Lulusan University of Swansea (Wales) itu menambahkan, “Selain itu juga kami harapkan dengan adanya program tersebut dapat meningkatkan penghasilan masyarakat desa Haurngombong. Dengan sistem akuaponik, budidaya sayuran tidak perlu tergantung pada turunnya hujan. Hal tersebut dikarenakan air di sirkulasi dari kolam ikan, sehingga pada musim kemarau sekalipun masyarakat masih bisa menanam dan memanen sayuran. Selain itu dengan sistem akuaponik tumbuhan relatif tidak memerlukan tambahan pupuk kimia sintetis, karena nutrisi di suplai dari kotoran ikan dan sisa pakan ikan dari kolam melalui air sirkulasi. Masyarakat juga bisa memelihara dan memanen ikan seperti ikan nila atau lele secara reguler, baik untuk konsumsi sendiri ataupun untuk dijual. ***

Contact: taufik@sith.itb.ac.id

PENULIS ARTIKEL
Dr. Taufikurahman • Kelompok Keahlian Sains dan Bioteknologi Tumbuhan, SITH ITB

Tergabung dalam Kelompok Keahlian Sains dan Bioteknologi Tumbuhan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB dan Pusat Pemberdayaan Perdesaan (P2D) ITB. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana dan masternya di ITB. Kemudian melanjutkan studi doktoralnya di University of Wales Swansea, Wales – Inggris..

749

views

16 September 2022