Woerjantari Kartidjo
Bencana gempa di Lombok pada bulan juli 2018 banyaknya korban ditambah mengalami kerusakan infrastuktur yang jumlahnya tidak sedikit bangunan rumah tinggal, jalan raya, sarana pendidikan sarana kesehatan dan sarana ibadah. lambatnya proses rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah terdampak bencana diakibatkan oleh tidak adanya model kelembagaan yang dapat mendorong sinergi antar berbagai pegegang kepentingan. Sudah ada beberapa usulan perancangan kawasan yang diajukan kepada warga, baik dari konsultan konsolidasi lahan maupun dari pihak pengembang. Namun, warga menolak karena kurangnya pemahaman mengenai perubahan yang akan dilakukan. ternyata ada kesalahan persepsi yang diterima warga pada sosialisasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan PM dilakukan. Warga dusun hanya paham kalau mereka akan digantikan dengan lahan yang Iuasannya. Tujuan dari pengabdian ini yaitu, menyusun Visioning Master Plan berbasis partisipasi pub]ik sebagai perangkat tata ruang yang berfungsi dan acuan dalam pelaksanaan strategi konsolidasi lahan sebagai perangkat awal revitalisasi (rehabilitasi dan rekontusi), penyususnan perangkat penataan ruang dan produk penataan ruang yang dihasilkan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang berlandaskan pada daerah yang terkena bencana. Hasil dari pengabdian ini yaitu, lebih kepada proses penyusunan rencana induk konseptual yang berbasis pertisipasi publik serta warga dusun Montong lebih terbuka mau berdiskusi untuk pembangunan kawasan saat dikunjungi. Kata Kunci : Lombok Utara, Korban Bencana Gempa, Rehabilitas dan Konstruksi.
Penerapa Karya Seni/Desain/Arsitektur/Perencanaan Wilayah, Penerapan Karya Tulis, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan, Penanganan Darurat Bencana
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, permasalahan yang dihadapi lebih banyak pada kendala teknis di lapangan, sebelum dilakukan pengembangan rencana konseptual kawasan. Ketidakpahaman masyarakat menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan rancangan cukup lama. Selain itu, masalah lain yang dihadapi oleh pihak mitra yaitu implementasi rencana, karena belurn ada cukup dana yang dapat digunakan dalam pembangunan infrastruktur, serta panduan desain bangunan yang pas atau memadai untuk membangun rumah tinggal warga setempat. Dikhawatirkan warga membangun rumahnya tanpa ilmu yang cukup, dan tetap tidak tahan terhadap bencana. Dengan kendala yang ada, diharapkan adanya program lanjutan yang dapat menyelesaikan permasalahan di lapangan yang ada secara cepat, berhubung masyarakat sudah lama tinggal di pengungsian dan ingin kembali menetap di rumah tinggal yang layak huni. Selain itu, diharapkan juga ada follow up dari pihak pemerintah atau mitra untuk pencari;rn investor dalam pengembangan atau implementasi hasil rancangan.