Saut Aritua Hasiholan Sagala
Salah satu sumber potensi bencana yang ada di Kabupaten Bandung Barat adalah gempa bumi yang bersumber dari Sesar Lembang. Berdasarkan penelitian, Sesar Lembang dikategorikan sebagai sesar non aktif, karena tidak pernah menunjukan aktivitas berupa pergerakan tanah dalam beberapa tahun kebelakang. Namun penelitian dilakukan kembali, dan ditemukan bahwa pada kurun waktu kurang dari 10.000 tahun lalu Sesar Lembang pernah menunjukkan aktivitasnya dan berpotensi menunjukkan aktivitasnya kembali beberapa waktu mendatang (Eko Yulianto,2010). Adanya potensi bencana gempa yang bersumber dari Sesar Lembang dapat mengancam keselamatan penduduk dan pengunjung di khususnya Lembang sebagai daerah pariwisata. Tingkat kerentanan wilayah terhadap bencana akan semakin tinggi jika aktivitas manusia di wilayah tersebut tinggi. Selain itu kawasan tersebut juga memiliki jenis tanah aluvial yang berasal dari bekas paparan Gunung Api Tangkuban Perahu dan rentan terhadap pergerakan tanah. Pada kawasan pusat cekungan Bandung, walaupun tidak berada dekat dengan Sesar Lembang, namun tanah yang terdapat di kawasan tersebut merupakan tanah aluvial hasil endapan danau purba sehingga lebih rentan terhadap pergerakan tanah. Berdasarkan Peneliti Puslit Mitigasi Bencana ITB, Rahma Hanifa menyebutkan, kesadaran warga di Bandung dan sekitarnya akan ancaman gempa Sesar Lembang masih minim, karena belum ada pengalaman gempa yang merusak (BBC, 2019). Hal tersebut menjadi suatu urgensi dalam pelaksanaan peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana. Terdapat beberapa desa yang dilalui oleh sesar Lembang, namun pada penelitian ini akan difokuskan pada dua desa yang ada di Kabupaten Bandung Barat yaitu Desa Jambudipa dan Desa Pagerwangi.
Penerapan Karya Tulis
Pengetahuan masyarakat terhadap kebencanaan di daerah sekitar Sesar Lembang termasuk Desa Jambudipa dan Desa Pagerwangi masih tergolong minim. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh tim LIPI mengenai kesadaran publik dalam pengurangan risiko bencana gempa bumi di Wilayah Cekungan Bandung dan sekitarnya, gambaran dari hasil survei tersebut menunjukkan sebagian besar siswa (62,7%) dan rumah tangga (62%) menjawab tidak mengetahui mengenai Sesar Lembang (Pikiran Rakyat, 2011). Kondisi ini menunjukkan tingginya tingkat kerentanan terhadap risiko gempa bumi di wilayah perkotaan lembang. Dengan mempertimbangkan Sesar Lembang yang masih aktif dan banyak penduduk yang hidup di sekitar Sesar Lembang, dalam hal ini Desa Pagerwangi dan Desa Jambudipa, maka konsep mitigasi bencana yang melibatkan masyarakat dalam penyusunan dan pelakasanaanya sangat perlu dilakukan.