Mochammad Chaerul
Di Kampus Jatinangor, sampah dihasilkan dari berbagai macam sumber, antara lain: perkantoran, kegiatan/himpunan mahasiswa, asrama, kantin, dll. Untuk lingkungan Kampus Jatinangor sendiri, sebenarnya telah terdapat fasilitas pengelolaan sampah berupa pengomposan secara aerobik tetapi hanya fokus untuk mengolah dedaunan yang memang banyak dihasilkan. Sebagian sampah diangkut dengan truk yang dimiliki oleh Kabupaten Sumedang dengan membayar sejumlah uang retribusi. Itupun, frekuensi pengangkutan tidak bisa dilakukan secara berkala karena keterbatasan truk. Oleh karena itu, diperlukan metode pengelolaan sampah secara mandiri yang lebih baik. Organik merupakan salahsatu jenis sampah yang dominan dihasilkan dari Kampus Jatinangor. Sampah organik dapat didegradasi, baik di lingkungan proses yang membutuhkan oksigen (aerobik) maupun yang tanpa oksigen (anaerobik). Produk yang dihasilkan melalui proses aerobik hanya berupa kompos padat saja dan untuk menikmati manfaatnya membutuhkan waktu yang relatif lama. Melalui serangkaian proses untuk pengolahan sampah organik secara anaerobik (fasilitasnya disebut Bioplant) diharapkan dapat dihasilkan gasbio sebagai sumber energi terbarukan, selain tetap dihasilkan pula kompos padat dan kompos cair. Karena sampah selalu dihasilkan dari berbagai macam kegiatan manusia maka keberlanjutan sebagai sumber energi terbarukan bisa lebih terjamin. Agar dapat dijadikan sebagai sumber energi terbarukan secara berkelanjutan maka dibutuhkan suatu modul operasional dan pelatihan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi siapapun yang mengaplikasikan teknologi ini. Sebagai institusi ternama di bidang teknologi, ITB sudah sepatutnya memberikan contoh solusi teknologi pengelolaan sampah yang dapat memberikan manfaat lebih banyak sehingga dapat dijadikan salahsatu rujukan best practices bagi aparat pemerintah daerah, masyarakat maupun pihak terkait lainnya.
Penerapan Teknologi Tepat Guna, Penerapan Karya Tulis, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan
Timbulan sampah semakin hari semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi dan peningkatan kegiatan masyarakat di sekitar Jatinangor, termasuk dari Kampus ITB di Jatinangor. Tumpukan sampah seringkali masih terlihat di pinggir jalan sekitar Jatinangor karena pelayanan pengangkutan sampah yang disediakan oleh pemerintah daerah masih sangat terbatas. Tentu saja, hal ini dapat menimbulkan banyak permasalahan lingkungan, estetika wilayah, kesehatan masyarakat dll. Oleh karena itu, dibutuhkan terobosan dalam sistem pengelolaan sampah yang lebih mengedepankan konsep daur ulang/pengolahan sampah mulai di sumber, seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.