Intan Taufik
Indonesia merupakan negara produsen kopi pada posisi keempat terbesar dengan rata-rata produksi 639 ribu ton atau sekitar 8% dari total produksi dunia. Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, konsumsi kopi domestik pada tahun 2016 mencapai sekitar 250 ribu ton dengan kecepatan pertumbuhan 8,22% per tahun untuk periode 2016-2021. Seiring dengan meningkatknya konsumsi kopi domestik di Indonesia maka produksi kopi pun akan ikut mengalami peningkatan. Salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh petani kopi Indonesia adalah kualitas kopi yang kurang konsisten selama produksi dan panen kopi. Kondisi lingkungan yang tidak menentu dari satu masa panen ke masa panen menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi kualitas kopi. Selain itu, kegagalan proses pascapanen pun masih sering terjadi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan konsistensi kualitas kopi dan mempercepat fermentasi selama pascapanen kopi adalah dengan memperhatikan aspek mikrobiologi melalui pengendalian serta pemanfaatan mikroba. Mikroba lokal dengan penggunaan yang tepat akan sangat berguna dalam proses pascapanen kopi, diantaranya kualitas kopi selama pascapanen akan seragam dalam setiap produksinya, waktu yang dibutuhkan menjadi lebih singkat, menekan tumbuhnya mikroorganisme yang mengakibatkan kerusakan (spoilage) dan turunnya kualitas, tidak tergantung dengan cuaca, dan juga akan meningkatkan kualitas dari biji kopi yang dihasilkan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk membantu meningkatkan proses pascapanen kopi khususnya bagi daerah-daerah di Jawa Barat dengan produksi kopi yang tinggi. Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian tahapan survei lokasi dan sourcing kopi, analisis dari berbagai sampel ceri merah kopi dari berbagai wilayah di Jawa Barat dan pembuatan starter mikroba lokal serta pembinaan dan pelatihan kepada para petani kopi untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman metode pascapanen yang baik dan benar sesuai dengan Good Agricultural Practice (GAP) melalui seminar daring atau kunjungan langsung ke lapangan.Hasil dari kegiatan ini adalah telah terlaksananya seminar daring yang dihadiri oleh sekitar lebih dari 100 orang petani kopi sekitar Jawa Barat dan diperoleh 15 kelompok tani/petani yang berasal dari 8 kabupaten/kota di wilayah Jawa Barat yang bersedia untuk mengirimkan sampel ceri kopi untuk program ini. Pemeriksaan sampel dari para petani berhasil ditemukan mikroba dominan, dengan total 16 isolat ragi dan 23 isolat bakteri. Selanjutnya mikroba dominan tersebut diproduksi dan diformulasikan untuk membuat kultur starter mikroba lokal untuk masing-masing daerah. Selain itu, dilaksanakan pula kunjungan lapangan ke Gunung Halu dan Gunung Burangrang, Kabupaten Bandung Barat, serta Gunung Manglayang di Kabupaten Sumedang dengan kegiatan berupa mini seminar, diskusi mengenai pengolahan kopi serta demonstrasi penggunaan kultur starter mikroba lokal secara langsung ke kelompok tani yang hadir. Harapan kedepannya, melalui program ini para petani dapat mengaplikasikan starter mikroba lokal dan mendapatkan hasil kopi yang kualitasnya lebih baik dan hubungan antara para petani dengan tim ini akan terus berlanjut untuk program-progam pengabdian masyarakat lainnya.
Laporan Akhir
Pelaksanaan kegiatan webinar dan kunjungan lapangan dari kegiatan ini melibatkan banyak petani kopi dari berbagai wilayah di Indonesia. Harapannya, setelah terlaksananya kegiatan ini akan terjadi transfer ilmu antara tim dengan petani maupun antar petani yang hadir dan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai proses pasca panen kopi, khususnya fermentasi kopi yang banyak melibatkan aspek mikrobiologi. Selain transfer ilmu, keterampilan terkait proses pasca panen kopi yang baik dan benar pun dapat tersampaikan kepada kelompok tani kopi yang terlibat melalui kegiatan webinar, melalui prosedur teknologi pengolahan pasca panen biji kopi yang sudah disebar ke masing-masing petani, maupun melalui kegiatan kunjungan lapangan.