Muhammad Miftahul Munir
Kegiatan pengabdian masyarakat tahun 2015 yang berjudul “Penerapan Teknologi Kontrol Temperatur dan Kelembaban untuk Meningkatkan Produktivitas Budidaya Jamur Masyarakat” telah menghasilkan prototype produk berupa teknologi pengontrol kelembaban dan temperatur (M. M. Munir dkk, 2015). Petani jamur sangat responsive dan antusias terhadap pengenalan teknologi tersebut. Selain jamur bergizi cukup tinggi, budidaya jamur menjanjikan keuntungan yang tinggi, tak sedikit petani jamur yang sukses meraup keuntungan jutaan rupiah tiap bulannya. Peminat jamur terus meningkat, peningkatannya mencapai 10% tiap tahunnya (Rahmat, 2011). Namun, angka kegagalan baglog sehingga tidak dapat ditumbuhi jamur berkisar 20% dari total baglog. Baglog yang gagal biasanya karena membusuk atau ditumbui hama karena terkontaminasi. Pengondisian lingkungan kumbung jamur sangat penting untuk mendapatkan kualitas dan mutu terbaik jamur. Jamur memiliki kelembaban optimum yang relative tinggi dan berbeda untuk setiap jenis jamur. Dengan memanfaatkan teknologi pengontrol kelembaban dan temperatur, mutu dan kualitas jamur akan terjaga. Selain dapat membantu petani dalam meningkatkan produktivitas budidaya jamur, penerapan teknologi control kelembaban dan temperatur tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya jamur. Sebab, dengan kepraktisan dan kemampuan pengendalian kelembaban kumbung maka pelaku usaha tidak akan khawatir akan cucaca yang tidak menentu. Lingkup Pelaksanaan PM meliputi penyediaan teknologi kontrol kelembaban dan temperature Kumbung Jamur, pembuatan modul panduan, pembuatan media monitoring online, sosialisasi dan koordinasi, hingga implementasi dan instalasi alat kontrol kelembaban dan temperatur untuk budiadaya jamur.
Penerapan Teknologi Tepat Guna, Penerapan Karya Tulis
Masyarakat di Kampung Payandaan, Ds. Padaasih, Kec. Cisarua, sebagian memiliki pekerjaan sebagai petani jamur. Petani mengontrol kelembapan kumbung dengan cara meyirami kumbung secara perlahan dan hati-hati 1 – 2 kali sehari. Setiap baglog dapat dipanen hingga 4 kali dengan hasil panen paling besar 1 ons per baglog. Dari 1.000 baglog, terdapat 200 – 300 baglog mati disebabkan membusuk atau terkontaminasi hama.