Kurnia Fajar Afgani
Pada awalnya, keberlangsungan pabrik tahu rumahan di Cibuntu berjalan dinamis dan kondusif sebelum tiga pabrik besar berdiri menggerus laba. Bukan tanpa alasan, soalnya ketiga pabrik besar tersebut dapat menghasilkan 600 jirangan atau 300.000 buah tahu dengan bahan baku kacang kedelai sebanyak tujuh ton di tiap harinya. Apalagi salah satu pabrik tahu, yaitu ABG atau lebih dikenal oleh warga dengan nama Sansan, menjual tahu Rp12.000 lebih murah dari mayoritas industri rumahan. Soalnya pabrik tersebut memiliki perkebunan kacang kedelai sendiri sehingga harga dapat ditekan rendah. Hal Ini tentu menggerus pasar pabrik rumahan karena distributor beralih. Jadi banyak yang gulung tikar. Terdapat kesepakatan tidak tertulis bila pelaku bisnis rumahan hanya dapat mengambil dan menggunakan bahan baku kacang kedelai dari pihak penyewa lahan pabrik. Selain itu, pihak penyewa pabrik selalu memberlakukan aturan bila ampas tahu dari hasil produksi menjadi milik dari penyewa lahan. Padahal ampas tahu yang dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak sapi tersebut berharga Rp7.500per jirangan. Berarti bila ditotal dalam sebulan, dana segar sebesar Rp6,75 juta bisa terjaring. Tentu hal tersebut terlepas dari biaya sewa lahan yang rata-rata bernilai Rp 6 juta setiap bulan. Tim dari SBM-ITB terdorong untuk membantu memajukan bisnis para pelaku pengusaha tahu Cibuntu ini, sehingga dalam waktu dekat para pelaku bisnis mengetahui mengenai perbankan Syariah.
Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan
Pra-survey yang dilakukan oleh tim SBM-ITB yang menggunakan metode interview mengungkapkan sebuah fakta bahwa geliat Usaha Sentra tahu Cibuntu di Kota Bandung terus berkembang. Namun ditengah perjalanan usaha banyak yang masih terkendala dengan permodalan, sebab para pelaku usaha masih belum mempunyai literasi yang cukup mengenai perbankan, khususnya perbankan syariah sehingga selama ini mereka hanya mengandalkan “bank keliling” atau rentenir untuk mengatasi permasalahan permodalan mereka. Setidaknya terdapat tiga permasalahan utama yang setiap hari membayangi dan menggerus omzet para pengusaha pabrik tahu rumahan di Cibuntu. Di antaranya adalah per saingan bisnis dengan pabrik besar, dampak rentenir atau dikenal dengan bank keliling serta kesepakatan usaha yang terjalin dengan penyewa lahan pabrik.