Peningkatan kemampuan manajerial kelompok tani di sekitar kampus ITB Jatinangor dalam sustainabilitas pasokan tomat ke supermarket
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Pathmi Noerhatini



Ringkasan Kegiatan

Pembenahan dalam agribisnis tomat adalah kegiatan rantai pasok, yaitu kegiatan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha gudang dan penyimpanan lainnya secara efisien, sehingga produk yang dihasilkan dan didistribusikan kepada konsumen dapat tepat secara kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu, guna meminimalkan biaya tetapi dapat memuaskan kebutuhan konsumen (David et al., 2000 dalam Santoso, 2013). Keberhasilan manajemen rantai pasok diantaranya ditentukan oleh sustainabilitas pasokan dari kelompok tani ke perusahaan atau pengusaha yang menjual dan mendistribusikan produk ke tangan konsumen. Pentingnya sustainabilitas pasokan tomat ke supermarket menentukan keberlangsungan stuktur rantai pasok. Kemampuan teknikal dan konseptual yang harus ditingkatkan adalah menguasai pengetahuan dan ketrampilan SOP-GHP (Standard Operatonal Procedure – Good Handling Practices) atau penanganan pascapanen yang baik, perencanaan produksi pertanian (jadual tanam, skala usaha dan perhitungan usahatani), pembuatan SOP untuk pengawasan, evaluasi dan pengendalian semua kegiatan produksi sampai tomat siap kirim ke perusahaan. Oleh karena itu dibutuhkan program Pengabdian Masyarakat tahap lanjutan (2016) untuk meningkatkan kemampuan manajerial kelompok tani di sekitar kampus ITB Jatinangor. Pemilihan komoditas tomat sendiri karena merupakan sayuran buah yang bernilai gizi tinggi dan supermarket memerlukan pasokan tomat yang sangat besar setiap harinya.



Capaian

Penerapan Karya Tulis, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan



Testimoni Masyarakat

Hasil mapping awal diperoleh data: (1) selama ini struktur rantai pasok tomat para petani melalui bandar dengan mengikuti fluktuasi harga tomat di pasar induk Caringin sehingga para petani mendapatkan keuntungan yang rendah, (2) kualitas hasil panen sebagian petani (khususnya anggota kelompok tani Tirta Mulya Tani) sudah cukup bagus dan bisa dipasok ke supermarket sehingga seharusnya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih bagi para petani, (3) Kelompok tani terkendala keuangan dan teknis dalam mengakses supermarket atau pengepakan tomat, (4) kemampuan manajerial dalam sustainabilitas pasokan yang rendah.