Euis Holisotan Hakim
Pendidikan anak usia dini merupakan ujung tombak pendidikan formal terhadap individu yang mengawali interaksi dengan orang luar, diawali pengasuhan orang tua mulai dari mereka lahir. Tahap pendidikan ini akan mewarnai sikap individu dalam berinteraksi dengan lingkungan maupun disiplin diri pada tahap kehidupan selanjutnya. Demikian pentingnya pendidikan di tahap golden age ini, sehingga pelaksanaannya merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, lingkungan masyarakat, pemerintah dan juga swasta. Namun demikian dinegara berkembang hal ini masih banyak terbengkalai, sebagai contoh TK An-Najmutsaqib yang berlokasi di daerah Garut, telah berdiri sejak 2012 namun belum memiliki fasilitas yang memadai yang layak digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Kegiatan selama ini dilaksanakan dalam kelas dengan menggelar tikar tanpa kursi dan meja, sedangkan buku bacaan hanya tersedia 3 buah dan alat bermain indoor malah tidak tersedia sama sekali. Disisi lain informasi terakhir (TEMPO.CO4 ) menunjukkan hanya abahwa dari total 2,3 juta jiwa masyarakat Kabupaten Garut, Jawa Barat seluruh masyarakat Garut dinyatakan kekurangan gizi. Jumlah asupan gizi energi warga Garut hanya sebesar 1.900 kilokalori./kapita/hari, jumlah ini berada dibawah standar dari program pemerintah yaitu sebesar 2.200 kilokalori/kapita/hari. Selanjutnya, kecukupan gizi protein warga Garut baru mencapai sekitar 39 gram/orang/hari yang juga di bawah standar program pemerintah yaitu sebesar 52 gram/orang/hari. Menurut hasil riset kesehatan dasar (Riskesda) Dinas Kesehatan Garut ternyata 10 desa di Garut menyumbang anak penderita tubuh kerdil atau cebol. Dan penyebab terbesar stanting adalah buruknya asupan gizi terhadap anak, terutama pada masa pertumbuhan 0 hingga 5 tahun.
Penerapan Karya Tulis
TK An-Najmutsaqib sebuah PAUD di Kampung Cioyod, Desa Mekarjaya, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut merupakan sekolah yang sudah yang sudah berdiri sejak 4 Oktober 2012. Sekolah tersebut memiliki 2 lokal kelas untuk kegiatan dengan murid sebanyak 28 orang yang dikelola oleh tiga orang guru dengan kondisi tidak memiliki fasilitas pendidikan yang memadai. Meja kursi untuk murid tidak tersedia, kegiatan belajar dengan menggunakan alas karpet sederhana. Hanya tersedia 3 buku bacaan tidak ada mainan anak yang menunjang aktifitas, hanya tersedia 1 playground berupa prosotan. Disisi lain pemenuhan pangan yang memenuhi gizi sehat kelihatannya juga belum mencapai sasaran, salah satunya dikarenakan tingkat pehaman masyarakat khususnya orang tua siswa didik terhadap makanan sehat masih kurang.Sehingga program penyuluhan diharapkan dapat meningkatkan paling tidak membuka wawasan /pengetahuan tentang kesehatan dan kebutuhan gizi anak.usia dini.