Penggunaan Sistem Analisis Gerak dalam Pembuatan Alat Bantu Gerak Pasien Cerebral Palsy
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Ferryanto



Ringkasan Kegiatan

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia pada tahun 2012, terdapat 532.130 anak, atau sekitar 0,6% total anak pada rentang usia perkembangan, yang menderita Cerebral Palsy di Indonesia. Selain itu, terdapat lebih dari 30 pasien Cerebral Palsy yang melakukan fisioterapi di Pelayanan Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Hasan Sadikin. Cerebral Palsy merupakan kelainan dimana penderitanya lahir dengan kerusakan otak permanen yang mengakibatkan kelainan pada perkembangan otak, posisi, tonus otot, koordinasi motoric, dan efek neurologis lainnya. Oleh karena itu, penderita Cerebral Palsy mengalami kesulitan dalam bergerak, menjaga keseimbangan dan postur tubuh. 

 

Ada beberapa pilihan perawatan yang bisa dilakukan oleh pasien, diantaranya adalah menggunakan alat bantu gerak untuk mendukung stabilitas tubuh seperti ankle-footorthosis (AFO), fisioterapi, dan rehabilitasi. Pengembangan alat bantu gerak perlu diinisiasi dengan analisis gerak berjalan pasien Cerebral Palsy untuk proses diagnosis pasien. Selama ini, analisis gerak berjalan pasien Cerebral Palsy dilakukan dengan cara observasi langsung. Salah satu kelemahan metode ini adalah ketergantungan dengan keahlian dokter dalam observasi gerak berjalan. Dengan demikian, hasil observasi gerak berjalan bisa bersifat subyektif. 

 

Salah satu metode analisis gerak adalah menggunakan sistem berbasis optik yaitu menggunakan kamera dan penanda. Sistem analisis gerak berjalan berbasis optik sendiri juga telah dikembangkan oleh Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB sejak tahun 2011, dimulai dengan analisis dua dimensi. Kemudian pada tahun 2012, FTMD ITB juga telah menggunakan sistem yang sama untuk mengembangkan basis data gerak berjalan normal orang Indonesia dalam 2D. Untuk mendapatkan parameter gerak berjalan yang lebih komprehensif, FTMD ITB mulai mengembangkan sistem analisis gerak manusia berbasis optik dalam tiga dimensi. Sistem ini secara kontinu tetap dikembangkan sampai saat ini. 

 



Capaian

membantu KSM Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi RSUP Hasan Sadikin dalam mendiagnosis pasien Cerebral Palsy secara objektif



Testimoni Masyarakat

Dengan menggunakan hasil diagnosis tersebut, tenaga kesehatan di dalam KSM Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi RSUP Hasan Sadikin bisa mengembangkan alat bantu gerak atau ankle-foot orthosis (AFO) untuk pasien Cerebral Palsy. Selain itu, adanya sistem analisis gerak berjalan berbasis optik ini juga membantu tenaga kesehatan dan pasien Cerebral Palsy dalam fisioterapis dan rehabilitasi medik untuk melihat kemajuan pasien. Dengan adanya kegiatan ini, komunitas pasien Cerebral Palsy juga akan merasakan manfaat seperti peningkatan kualitas hidup karena adanya alat bantu gerak khusus untuk pasien Cerebral Palsy yang tepat sasaran, tepat guna dan terjangkau.