Muhammad Ihsan D.R.S.A.S.
"Sungai Cisokan merupakan salah satu sungai yang bermuara ke Citarum, sejalan dengan program Citarum Harum, maka anak-anak sungai yang bermuara ke Citarum sebaiknya tidak membebani sungai utama khsusunya dalam hal pencemaran lingkungan. Untuk itu, program konservasi di bantaran sungai Cisokan terus dilakukan dengan upaya berupa penanaman bambu di sepanjang bantarajn sungai untuk menghindari longsor karena posisi sungai yang berada di lembahan. Bambu-bambu tersebut tentunya bukan saja untuk menahan longsoran tanah, tapi juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk digunakan menjadi benda-benda yang memiliki nilai ekonomi. Salah satu entitas yang sudah ada sejak lama di desa Bantargebang adalah pengrajin bangku dari bambu yang terdiri dari 20 an kelompok pengrajin yang tersebuar di rumah-rumah. Keterampilan yang dimiliki pengrajin dan adanya program untuk penghijauan agar longsoran di bantaran Cisokan lebih terjaga, masyarakat bersepakat untuk membuat satu kawasan yang disebut kampoeng Bamboe Istambul (Istuning tambah Ulin). Kawasan ini sudah menjadi area kunjungan masyarakat untuk bersantai atau berfoto dengan sarana yang ada.Pengrajin furniture (bangku) dari bambu yang berada di desa Bantargebang ini memiliki keunikan tersendiri, mereka membuat, merakit dan menjual secara mandiri dengan cara dipikul dijajakan ke daerah-daerah seperti Cianjur, Sukabumi, bahkan ke Bandung dan Jakarta. Desain tau bentuk bangku yang dibuat pun kurang lebih sama antara satu pengrajin dengan pengrajin lainnya. Dari para pengrajin sendiri ingin ada pembaharuan desain yang dapat memperkaya alternatif bentuk yang dapat dibuat dan dijual dari kampung bambu Intambul ini ke daerah-daerah lain. Salah satu yang menjadi penekanan dalam program pengabdian ini adalah mencoba memberikan desain bangku yang dapat di bongkar pasang, sehingga para pengrajin ini ketika berjualan dapat membawa produk lebih dari pada biasanya, atau dengen memberikan desain-desain yang berukuran sedang (stool, kursi, pot bunga, dll)."