Tyar Ratuannisa
Penelitian terkait warna kedaerahan masih jarang dilakukan, sementara Indonesia memiliki keberagaman warna yang begitu kaya, pada tahun ini pemetaan warna dilakukan melalui kegiatan eksperimentasi pewarna alternatif yang berasal dari produk khas dua daerah Jawa Barat yaitu genting Jatiwangi dan genting Cicantayan, Sukabumi. Tanah merah sebagai material utama pembuatan batu-bata dan genting diperoleh dari Cicantayan dan Jatiwangi memiliki karakteristik unik salah satunya dari segi warna. Warna yang dihasilkan dari setiap produk dipengaruhi oleh karakteristik alam sekitarnya sehingga setiap produknya memiliki kekhasannya masing-masing terutama dari segi jangkauan warna yang dihasilkan. Produk batu-bata dan genting yang tidak terbakar sempurna menghasilkan karakter produk yang mudah pecah. Pecahan sisa pembakaran tidak sempurna ini memiliki jumlah yang sangat besar dan belum banyak dimanfaatkan. Di daerah Jatiwangi baru ada satu pengrajin yang mengolah limbah sisa pecahan pembakaran menjadi batu bata komposit. Proses pengolahan ini belum sebanding dengan jumlah limbah yang dihasilkan oleh tempat pembakaran batu-bata dan genting. Eksperimentasi pigmen pewarna pada kegiatan ini mendayagunakan limbah produksi genting sehingga tidak hanya dapat menunjukkan upaya upcycling limbah genting namun juga dapat mengeksplorasi kekayaan warna kedaerahan dari kedua daerah tersebut berdasarkan warna produk khas yang berasal dari alam (tanah merah). Hasil dari kegiatan ini berupa formulasi pewarna serta prototip pewarnaan kain menggunakan pengikat warna (binder) hair conditioner dan susu kedelai yang menghasilkan kepekatan dan intensitas berbeda pada kain. Eksperimentasi memunculkan posibilitas akan penggunaan limbah bakaran sebagai pewarna kain, hasil ini pula yang akan dikembalikan pada masyarakat kedua daerah untuk seterusnya dapat dimanfaatkan dan diolah lebih jauh lagi.