Pengembangan Bisnis Digital Sagu sebagai Bahan Pangan Khas Papua di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Sanggono Adisasmito



Ringkasan Kegiatan

Sebagai daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) Kabupaten Sorong sangat terdampak oleh Pandemi Covid-19, terutama pada aspek ekonomi. Provinsi Papua Barat Daya merupakan Provinsi yang baru dari hasil pemekaran Provinsi Papua Barat pada akhir tahun 2022. Tujuan pemekaran adalah untuk mempercepat pembangunan ekonomi di Kabupaten yang menjadi lingkup Provinsi baru ini, termasuk Kabupaten Sorong.

Salah satu strategi untuk meningkatkan standar kehidupan masyarakat di Kabupaten Sorong adalah dengan menyempurnakan jaringan supply chain yang sustainable untuk pemasaran produk khas Papua. Program digitalisasi dalam bentuk penyiapan platform bisnis digital ditujukan untuk mempertemukan kepentingan produsen dengan konsumen. Proyek ”Pengembangan Bisnis Digital Sagu sebagai Bahan Pangan Khas Papua di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya” ini merupakan kelanjutan Proyek serupa yang dijalankan pada Tahun 2021 di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan topik “Katalog Digital untuk Pemasaran Produk Olahan Tamarin di Daerah Tertinggal, Terdepan dan Terluar (3T) - Kabupaten Kupang”. Program ini merupakan aktivitas yang mendesak untuk dilaksanakan dan berdampak sangat luas untuk kemajuan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia.

Kabupaten Sorong termasuk dalam 62 Kabupaten Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024. Secara geografis, Kabupaten Sorong berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik yang terbuka ke perairan Internasional, sehingga dapat dikategorikan sebagai daerah terdepan dan terluar Republik Indonesia. Salah satu lokasi yang menjadi target pengembangan bisnis digital sagu adalah Kampung Yeflio di Distrik Mayamuk, karena di lokasi tersebut telah berlangsung aktivitas pengolahan sagu secara sederhana yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani Wakiriwa.

Potensi pati sagu rata-rata perpohon adalah 282,36 kg dengan diameter pohon sagu berkisar antara 38 sampai 61 cm dengan rata-rata 47 cm, sedangkan tinggi pohon berkisar antara 15 sanpai 25 m dengan rata-rata 19,26 m. Luas areal yang menjadi sampel penelitian adalah 5 Ha dari 100 ha luas keseluruhan hutan sagu. Ditemukan 74 pohon sagu masak tebang (MT) sehingga hasil perhitungan potensi pohon sagu masak tebang (MT) adalah 14.8 pohon/Ha. Pendapatan masyarakat adalah Rp. 31.410.000/bulan atau rata-rata Rp. 1.847.647/bulan.

Sasaran utama dari Proyek Bisnis Digital ini adalah menyediakan informasi dalam basis katalog produk olahan Sagu yang dapat diakses secara virtual dan aktual. Sagu merupakan bahan pangan utama yang pemanfaatannya sudah sangat luas di Indonesia Timur. Pengembangan dan inovasi dalam pengolahan sagu ini dapat mempertemukan produsen lokal di Desa dan konsumen di perkotaan, melalui sarana media digital. Solusi ini sangat berpotensi untuk diduplikasikan pada daerah tertinggal lainnya di Papua maupun di Kawasan Timur Indonesia.

Riset produk olahan sagu telah dilakukan melalui pendataan produk pasar yang sudah komersial, kemudian dilakukan survey lapangan kemampuan masyarakat lokal dalam pengolahan, sehingga potensi yang dapat dikembangkan dapat diperkirakan. Aktivitas ini diharapkan dapat menjadi pendorong meningkatnya permintaan atas produk olahan sagu di Kabupaten Sorong. Salah satu luaran Program ini adalah Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa penerapan model bisnis digital yang produktif di Papua Barat Daya, sesuai dengan karakteristik sosial di daerah tersebut.

Aktivitas Proyek tahun 2023 difokuskan pada pengumpulan data mengenai supply and demand, sarana distribusi, dan perkiraan harga jual produk. Pada tahun 2024, volume transaksi diharapkan meningkat berdasarkan pola terbaik yang diperoleh informasinya pada tahun 2023.

Kerja sama dan dukungan pemerintah lokal telah diperoleh demi perwujudan visi pemulihan ekonomi ini. Pada proyek ini, Tim LPPM ITB bekerja sama dengan para Dosen Fakultas Teknik, Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda), Sorong. Beberapa kerja sama Unimuda dengan pemangku kepentingan lokal, telah memperkuat program ini. Sejumlah sekitar 100 orang telah diberikan Pelatihan dalam bentuk Kuliah Tamu di UNIMUDA maupun Diskusi Teknis di Kampung Yeflio (Kecamatan Mayamuk, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya) tentang berbagai upaya untuk transformasi dari bisnis tradisional menjadi bisnis digital produk olahan sagu.



Capaian

Upaya diversifikasi produk olahan sagu



Testimoni Masyarakat

Proyek ini bermanfaat untuk merealisasikan diversifikasi produk olahan sagu, yang semula hanya untuk Papeda, nantinya bisa berperan pada produk hilir lainnya seperti Mie Basah dan Bakso Daging Sapi.