Estiyanti Ekawati
Produksi batik terus meningkat terutama sejak batik diakui dunia sebagai warisan budaya Indonesia berupa busana kelas atas dengan keberagaman corak dan keunikannya. Hal ini tentu memberikan dampak positif dalam perkembangan perekonomian Indonesia terutama dalam bidang sandang. Permasalahan muncul saat peningkatan produksi batik tidak diikuti dengan pengolahan limbah batik yang tidak sesuai dengan baku mutu limbah yang ditetapkan KEP51/MENLH/10/1995 dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan sungai. Pencemaran lingkungan sungai akibat limbah batik juga menjadi salah satu permasalahan penting yang saat ini sedang dihadapi masyarakat dan pemerintah Pekalongan yang dikenal sebagai Kota Batik. Karena itulah, Museum Batik sangat ingin memiliki fasilitas untuk edukasi pengolahan Limbah Batik kepada Masyarakat. Sejak diresmikan pada tahun 2006, jumlah pengunjung Museum Batik Pekalongan terus meningkat sekitar 2000 orang setiap bulannya bahkan di tahun 2018 mencapai 25.000 orang yang berasal dari berbagai kalangan seperti TK, SD, SMP, SMA maupun kategori Umum baik dari Lokal ataupun Mancanegara. Museum Pekalongan sebenarnya telah memiliki sarana pengolahan limbah namun tidak memadai. Melalui program PKM ITB ini, pihak museum mengharap bantuan perbaikan dan peningkatan teknologi IPLIB(Instalasi Pengolahan Air Limbah Batik) ini, sehingga dapat dijadikan sebagai media belajar bagi pengunjung Museum Batik.
Penerapan Teknologi Tepat Guna, Penerapan Karya Tulis
Produksi batik terus meningkat terutama sejak batik diakui dunia sebagai warisan budaya Indonesia berupa busana kelas atas dengan keberagaman corak dan keunikannya. Hal ini tentu memberikan dampak positif dalam perkembangan perekonomian Indonesia terutama dalam bidang sandang. Permasalahan muncul saat peningkatan produksi batik tidak diikuti dengan pengolahan limbah batik yang tidak sesuai dengan baku mutu limbah yang ditetapkan KEP51/MENLH/10/1995 dan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan sungai.