Meiti Pratiwi
Keterbatasan sumber bahan bakar fosil serta dampaknya terhadap lingkungan merupakan isu utama dalam ketahanan energi. Sebagai tindak lanjutnya, teknologi produksi bahan bakar nabati (BBN) berkembang pesat pada dekade terakhir ini. Biodiesel dan bioetanol adalah dua contoh bahan bakar nabati yang telah diproduksi secara komersial di beberapa negara. Meskipun keduanya berkontribusi mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, namun penggunaannya terbatas karena keduanya merupakan kelompok senyawa yang berbeda dari bahan bakar pendahulunya (bensin dan bahan bakar diesel). Bahan bakar yang digunakan pada mesin kendaraan saat ini merupakan senyawa hidrokarbon non-oksigenat, sementara biodiesel dan bioetanol merupakan senyawa hidrokarbon oksigenat. Akibatnya, kedua jenis BBN ini harus dicampurkan dengan bahan bakar fosil pada kadar tertentu, atau diaplikasikan pada mesin kendaraan yang telah dimodifikasi.
Bahan bakar nabati tipe drop in adalah bahan bakar nabati yang berasal dari kelompok yang sama dengan bahan bakar fosil, yakni hidrokarbon non-oksigenat. Dengan demikian, bahan bakar tipe ini dapat langsung digunakan dalam mesin kendaraan konvensional tanpa memerlukan pencampuran dengan BBM maupun modifikasi mesin. Pada tahun 2016, tim riset dari Fakultas Teknologi Industri ITB telah memulai riset dan pengembangan teknologi produksi bahan bakar nabati tipe drop-in dari turunan minyak sawit berbasis minyak sawit via dekarboksilasi sabun logam. Teknologi ini cukup praktis untuk diaplikasikan di wilayah pelosok Indonesia karena tidak memerlukan tekanan operasi yang tinggi. Dari program riset sebelumnya, produksi BBN via dekarboksilasi sabun logam telah berhasil dilakukan pada skala laboratorium dan skala mini-pilot (20 kg bahan baku/hari). Prototipe bahan bakar nabati telah dihasilkan sebanyak 17 L untuk bahan bakar mesin diesel dan 4 L untuk bahan bakar mesin bensin, namun belum diujicobakan terhadap mesin. Sementara itu, terdapat mesin-mesin yang lazim digunakan dalam industri pertanian, seperti traktor dan genset, yang berpotensi menggunakan BBN ini.
Supaya dapat diaplikasikan di ranah publik, teknologi ini perlu dikenalkan dan dibuktikan pada komunitas masyarakat tertentu. Masyarakat di pedesaan, selaku sasaran utama dari teknologi ini, umumnya belum mengenali peluang produksi bahan bakar nabati secara mandiri. Proposal pengabdian masyarakat ini diajukan dalam rangka penyelenggaraan program edukasi, sosialisasi, dan uji coba BBN berbasis minyak sawit di lingkungan masyarakat tani. Sasaran dari program ini adalah masyarakat pedesaan di Desa Pagerwangi, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat yang berprofesi sebagai petani, selaku pengguna alat-alat pertanian seperti traktor dan genset. Program ini dapat menjadi sarana edukasi masyarakat terkait peluang penggunaan bahan bakar nabati di lingkungan masyarakat pertanian, serta menjadi inisiasi penerapan bahan bakar nabati di masyarakat pedesaan. Jika program tahun ke-1 mendapatkan respon baik dari masyarakat, diharapkan pada tahun ke-2 program dapat dilanjutkan dengan pembuatan dan instalasi unit produksi BBN drop-in di lingkungan Desa Pagerwangi.
Menyelenggarakan edukasi kepada masyarakat tani terkait potensi serta manfaat penggunaan bahan bakar nabati untuk mendukung sarana dan prasarana pertanian; Menyelenggarakan uji coba produk riset bahan bakar nabati pada peralatan di lingkungan masyarakat tani
Manfaat bagi pihak Gapoktan Desa Pagerwangi: - Mendapatkan edukasi serta sosialisasi terkait penerapan bahan bakar nabati di lingkungan masyarakat tani - Membuka peluang kerja sama lanjutan dengan tim FTI ITB untuk produksi bahan bakar nabati di Desa Pagerwangi apabila produk dinilai sudah layak untuk implementasi Manfaat bagi KK dan FTI ITB: - mendapatkan umpan balik (feed back) terkait produk riset bahan bakar nabati agar bisa dikembangkan lebih lanjut - memberikan ilmu serta pengalaman bagi staf dosen untuk mengaplikasikan ilmunya di ranah masyarakat Manfaat bagi Indonesia: - Menjadi langkah awal untuk meningkatkan kemandirian energi pedesaan serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar impor