Arif Sarwo Wibowo
Karena tidak adanya dokumen gambar terukur dari gedung-gedung tersebut sebagai rujukan utama dalam perawatan, maka hal tersebut menyulitkan Dit. SP untuk dapat merawat dengan tepat. maka kegiatan ini diajukan dengan tujuan untuk mendokumentasikan secara lengkap dalam format digital, sehingga catatan penting terhadap keberadaan, bentuk dan nilai-nilai yang terdapat dalam bangunan tersebut dapat dirujuk dalam proses perawatan, dan juga dapat dipelajari dikemudian hari secara lengkap. Kegiatan ini akan menghasilkan dokumen gambar terukur secara lengkap, serta simulasi 3 dimensi dari bangunan dan maket bangunan, sehingga dapat dijadikan rujukan bagi Direktorat Sarana dan Prasarana ITB dalam perbaikan di kemudian hari. Pendokumentasian dilakukan dengan cara survey langsung, pencatatan, pendokumentasian foto, pengukuran dan rekonstruksi ulang secara digital 3 dimensi. Software dasar program pencitraan 3 dimensi yang akan digunakan antara lain adalah AutoCAD dan SketchUp. Beberapa software pendukung lainnya, seperti Agisoft juga akan digunakan untuk keperluan photogrammetry/scan 3 dimensi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini akan mendokumentasikan bangunan cagar budaya di lingkungan kampus ITB Ganesa, dengan fokus utama pada tahun 2019 adalah Gedung Kuliah LFM ITB. Kegiatan meliputi pemotretan, pengukuran, dan penggambaran ulang seluruh bagian gedung. Rekonstruksi dan simulasi digital secara 3 dimensi juga dilakukan untuk mendapatkan gambaran keaslian bangunan dan arahan untuk perawatan bangunan di kemudian hari. Kegiatan ini akan menghasilkan dokumen arsitektural yang lengkap meliputi gambar terukur, simulasi 3D dan maket bangunan. Proses pendokumentasian dilakukan secara teliti hingga detail bangunan, sehingga semua informasi yang terkait bangunan ini lengkap tertuang dalam dokumen akhir.
Penerapa Karya Seni/Desain/Arsitektur/Perencanaan Wilayah
Insititut Teknologi Bandung memiliki banyak bangunan cagar budaya yang telah disahkan melalui SK Walikota, maupun bangunan yang berpotensi sebagai cagar budaya. Direktorat Sarana dan Prasarana ITB telah melakukan berbagai usaha untuk merawat gedung-gedung tersebut. Namun demikian karena tidak adanya dokumen gambar terukur dari gedung-gedung tersebut sebagai rujukan utama dalam perawatan, maka hal tersebut menyulitkan Dit. SP untuk dapat merawat dengan tepat. Untuk itu, sudah sepatutnya ITB memiliki dokumen gambar terukur yang valid dan merujuk pada rancangan asli dari bangunan-bangunan tersebut, sehingga isu Authenticity dalam kaidan bangunan cagar budaya dapat terpenuhi, serta memudahkan perawatan bangunan karena adanya rujukan yang dapat dipegang dalam perbaikan maupun renovasi di kemudian hari.