Muhammad Syahril Badri Kusuma
Lahan Kritis sudah menjadi ancaman untuk masyarakat dunia dewasa ini. Fungsi DAS yang harusnya sebagai penampung, pelepasan air berisi berbagai macam vegetasi yang bertindak sebagai jangkar dan kanopi saat terjadi hujan agar tidak banjir atau longsor telah tiada akibat perubahan guna lahan dan berbagai kegaitan manusia yang tidak bertanggungjawab. Dalam 10 tahun terakhir terjadi degredasi hutan seluas 1 miliar hektar yang didominasi oleh kegiatan perkebunan. Indonesia mengusung konsep pengelolaan DAS secara terintegrasi atau Integrated Water Resource Management (IWRM) sebagai aksi antisipasi menjaga/mengembalilkan DAS pada kondisi idealnya. DAS Citarum sebagai salah satu DAS dengan tingkat kekritisan lahan yang paling tinggi sekaligus berpredikat sebagai sungai terkotor pada tahun 2019 akibat akumulasi berbagai permasalahan, menjadi dorongan dalam kegiatan ini. Penyelesaian perlu dilakukan secara bertahap dalam kurun waktu yang tidak sebentar. Pemetaan kolaborasi menjadi langkah awal untuk melihat kondisi eksisting di lapangan.
Pemetaan dilakukan dalam dua metode yaitu secara teoritis berdasarkan perhitungan lahan kritis dan observasi untuk mengambil data primer. Pemetaan teoritis menggunakan aplikasi GIS untuk melihat sebaran bahaya pada DAS Citarum Hulu, sehingga didapatkan daerah yang palling kritis adalah DAS Cirasea. Selanjutnya dilakukan observasi lapangan dimulai melihat kondisi eksisting Situ Cisanti sebagai Induk Citarum dan mencari peluang kolaborasi.
Permasalahan lahan kritis dipicu oleh kebutuhan masyarakat untuk melakukan kegiatan pertanian. Pembukaan lahan mengakibatkan lahan menjadi gundul dan memicu terjadinya banjir dan erosi. Penyelesaian top-down dengan melarang kegiatan pertanian tentu saja tidak realistis. Telah dilakukan berbagai upaya oleh Sektor 23 Citarum Harum yang berfokus ke lahan kritis, namun belum bisa mengganti pola pikir masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan pergeseran secara perlahan dari pertanian jangka pendek menjadi perkebunan tanaman keras musiman disertai kompensasi pemenuhan kebutuhan rutin. Berdasarkan hasil kegiatan ini dibuat program berjangka untuk penyelelsaian masalah ini disandingkan dengan solusi Sektor 23 Citarum Harum. Selain itu, kolaborasi merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan sehingga perlu pendataan potensi kolaborasi untuk penyelesaian masalah tertentu.
Kegiatan Sosialisasi lahan kritis kepada Masyarakat; Pembuatan Peta Lahan Kritis
Penelitian ini memberikan gambaran kondisi lahan kritis dan konflik sosial yang terjadi pada DAS Citarum Hulu, lebih spesifiknya pada DAS Cirasea. Selain itu, memberikan kontribusi pengembangan salah satu sub fokus road-map KK TSA dalam mitigasi bencana.