Pembangunan Shelter dan Tunnel di Banten & Lampung
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Andry Widyowijatnoko



Ringkasan Kegiatan

Pada tahap survey dilakukan pendataan, observasi dan wawancara terhadap aparat huntara dan warga untuk mendapatkan informasi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh masyarakat di masing-masing huntara. Survey dilaksanakan di dua daerah yang berbeda, yaitu Desa Sumur, Pandeglang, Banten dan Waymuli, Lampung Selatan, dimana kedua daerah tersebut merupakan daerah terdampak tsunami. Lampung menjadi lokasi terpilih karena bantuan yang masuk ke kawasan ini lebih minim daripada Banten. Hunian korban tsunami di kawasan Sumur, Pandeglang, Banten masih berstatus sebagai huntara dan belum ada kejelasan mengenai perencanaan huntara menjadi huntap, sedangkan pada daerah Waymuli, lokasi huntap telah diputuskan di lokasi huntara saat ini. Melihat kondisi tersebut, sesuai dengan tujuan dan sasaran dari ITB untuk menyumbangkan bantuan yang bersifat permanen menjadi tepat sasaran di kawasan Waymuli, Lampung Selatan. Capaian dari program pengabdian masyarakat ini adalah terbangunnya struktur tunnel yang bisa dibangun hanya dalam waktu kurang dari 3 jam. Meskipun bisa dirakit dalam waktu yang singkat, namun bangunan ini ditujukan untuk bangunan permanen yang nantinya digunakan sebagai ruang serbaguna komunal. Manfaat dari proyek yang dibangun dilihat dari sudut pandang masyarakat, bahwa bantuan yang diserahkan oleh ITB sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran karena telah dilaksanakan proses survey dan observasi terlebih dahulu sebelum memutuskan item yang akan dibangun. Selain itu masyarakat memperoleh suatu bangunan serba guna komunal dan suatu contoh terpasang akan konstruksi kayu yang bisa dibangun dengan cepat dengan teknologi yang sederhana.



Capaian

Penerapa Karya Seni/Desain/Arsitektur/Perencanaan Wilayah



Testimoni Masyarakat

Waymuli Timur terletak di daerah Rajabasa, Lampung Selatan yang terdampak bencana tsunami yang terjadi pada Bulan Desember 2018 diakibatkan oleh runtuhan Gunung Krakatau. Dampak tsunami yang paling besar melanda daerah pesisir pantai, sehingga sebagian besar penduduk pesisir kehilangan tempat tinggal. Penduduk Waymuli Timur hingga saat ini mengungsi ke arah bukit dengan mendiami hunian sementara (huntara) yang disumbangkan oleh pemerintah. Hingga saat ini, status hunian masih merupakan hunian sementara dan belum mengarah ke hunian tetap. Ketidakmerataan bantuan yang didistribusikan pada kawasan terdampak tsunami ini menyebabkan masih terdapat beberapa kebutuhan fisik yang belum disediakan pada kawasan ini. Desa Waymuli Timur membutuhkan ruang komunal yang dapat digunakan sebagai tempat berkumpul, belajar ngaji, posyandu, dan kegiatan lain yang dapat digunakan bersama yang hingga saat ini belum dapat diwujudkan karena minimnya bantuan ke lokasi ini.