Pemanfaatan Bambu Sebagai Material Alternatif Bagi Pengrajin Ukir Jepara
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Budi Isdianto



Ringkasan Kegiatan

Senenan merupakan salah satu desa lokal yang terletak di Jepara, Jawa Tengah yang memiliki banyak potensi pemahat untuk dilatih dan dikembangkan. Pengrajin di Jepara selama ini sangat tergantung tentang keberadaan kayu sebagai bahan utama dalam membuat ukiran, namun pada kenyataannya keberadaan kayu semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Hasilnya adalah harga kayu menjadi tinggi dan tidak terjangkau. Jika fenomena ini dibiarkan, maka itu mungkin keterampilan pengrajin Jepara akan punah. Alasan dibalik program ini adalah untuk membantu keberlangsungan industri ukiran di Jepara. Program ini harus menemukan solusinya untuk mereka, dengan cara menyelingi dari bahan dasar (kayu) menjadi bambu. Indonesia, yang memiliki pasokan bambu yang melimpah berpotensi untuk terus berkembang bambu di berbagai bidang. Program ini berupaya mengangkat nilai dan kehadiran bambu di masyarakat oleh dipadukan dengan ukiran khas Jepara yang selama ini hanya mengandalkan kayu. Selain itu dengan pengayaan material yang digunakan akan meningkatkan kemampuannya pengrajin dalam pekerjaan. Kendala yang mungkin timbul adalah pada kemampuan beradaptasi yang dimiliki oleh para pemahat yang lebih terbiasa dengan karakteristik kayu, yang kemudian pemahat wajib mengetahui karakteristik dari material bambu. Beberapa tahapan yang telah dilakukan dan dihasilkan dalam kegiatan ini antara lain : • Memilih jenis dan dimensi (panjang, diameter, ketebalan) bambu yang paling sesuai untuk diukir. Kegiatan ini berhasil menemukan bahwa bambu petung yang berasal dari Lebak, Jawa Barat, sangat baik untuk dijadikan bahan baku ukir karena memiliki tingkat kekerasan dan kekuatan yang baik, sedangkan bambu yang berasal dari Jepara rentan untuk diukir sehingga mudah hancur. • Mengadakan workshop selama 2 minggu (31Agustus – 11 September) dengan mengundang 2 orang pengrajin ukir berlokasi di area bengkel FSRD. Workshop ini bekerjasama dengan LPM Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu), Jepara dalam proses penjaringan pengrajin yang ikut serta. • Kegiatan ini berhasil menghasilkan 8 buah prototype (non finishing) ukiran bambu dengan berbagai metode, antara lain dengan teknik manual dan menggunakan mesin. Bidang bambu yang diukir pun beragan, dari bambu utuh, sebagian hingga bagian-bagian khusus untuk melihat ekspresi yang dihasilkan. Tujuannya adalah untuk mengukur waktu dan kemampuan pengrajin dalam membuat ukiran bambu. • Pengrajin yang telah kembali ke Jepara diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan mengenai teknik ukir bambu ke pengrajin lainnya



Capaian

Penerapa Karya Seni/Desain/Arsitektur/Perencanaan Wilayah, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan



Testimoni Masyarakat

Pengrajin di Jepara selama ini sangat tergantung tentang keberadaan kayu sebagai bahan utama dalam membuat ukiran, namun pada kenyataannya keberadaan kayu semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Hasilnya adalah harga kayu menjadi tinggi dan tidak terjangkau.