Pelatihan Pembuatan Makanan Fermentasi Sebagai Langkah Pencegahan Stunting Di Desa Rancakalong, Sumedang, Jawa Barat
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Pingkan Aditiawati



Ringkasan Kegiatan

"Permasalahan gizi buruk pada anak usia dibawah lima tahun saat ini dapat diklasifikasikan oleh WHO (World Health Organization) menjadi tiga kelompok, yaitu: stunting, wasting,dan overweight(WHO,2021). Berdasarkan perolehan data WHO yang dikumpulkan pada tahun 2021, Indonesia termasuk kedalam 30 besar negara dengan prevalensi stunting di dunia, dan urutan pertama dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara. Berdasarkan data WHO tahun 2021, prevalensi stunting anak dibawah 5 tahun di Indonesia berada pada nilai 31.8%. Nilai ini hanya turun 0.2 % dari nilai tahun 2019 dan 1% dari tahun 2019. Data ini menunjukkan bahwa intervensi dan juga penanganan kasus balita stunting di Indonesia belum efektif dan efisien. Stunting atau balita pendek merupakan manifestasi dari permasalahan gizi buruk. Balita dengan tinggi badan dibawah –2 standar deviasi dari grafik pertumbuhan balita diindikasikan sebagai balita stunting. Hingga saat ini penyebab pasti dari kasus stunting di dunia masih menjadi perdebatan. Akan tetapi terdapat tiga faktor utama pendorong meningkatnya prevalensi stunting pada balita, yaitu: asupan gizi kurang pada bayi dibawah dua tahun, asupan gizi kurang pada ibu selama masa kehamilan, dan kualitas sanitasi buruk pada lingkungan rumah tangga maupun komunitas masyarakat sekitar (Raiten & Bremer, 2020); (Masrul et al., 2020), (Zambruni et al., 2019). Peran kebiasaan sosial, budaya, dan juga kualitas pendidikan berkorelasi terhadap kemunculan kasus balita stunting di Indonesia (Wicaksono dan Harsanti, 2020). Berdasarkan penelitian tersebut dibuktikan bahwa kualitas pendidikan orang tua yang rendah dan juga sanitasi lingkungan yang buruk berkorelasi positif terhadap kemunculan balita stunting di Indonesia. Kualitas gizi ibu dan juga kesehatan lingkungan rumah selanjutnya dapat dipetakan dengan lebih baik dengan pendekatan analisis mikrobiologis. Salah satu bentuk prevensi kasus stunting pada balita adalah dengan mengkonsumsi makanan fermentasi. Makanan fermentasi memiliki banyak manfaat diantaranya: memiliki bakteri probiotik, memiliki kandungan prebiotik untuk stimulasi bakteri probiotik di usus manusia, memiliki kandungan nutrisi yang mudah diserap oleh tubuh, memiliki senyawa yang berperan dalam proses detoksifikasi tubuh, meningkatkan imunitas tubuh dan lainnya. Selain manfaat Kesehatan, fermentasi juga dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan. Berdasarkan manfaat ini, aplikasi keterampilan dan juga konsumsi makanan fermentasi dapat digunakan untuk mengembangkan strategi pencegahan stunting mulai dari peningkatan asupan nutrisi hingga ketahanan pangan. "



Capaian



Testimoni Masyarakat