Wawan Dhewanto
Saat ini pemerintah terus membuat program-program untuk meningkatkan jumlah pengusaha di Indonesia. Namun, program tersebut sebagian besar belum menyentuh pelajar-pelajar secara langsung. Salah satu upaya untuk meminimalisir angka pengangguran adalah melalui program kewirausahaan (Sule M, 2014). Program kewirausahaan merupakan program yang tepat karena dapat dilakukan oleh semua kalangan termasuk kalangan muda pelajar SMA/MA. Program pelatihan kewirausahaan memiliki dampak yang cukup signifikan yaitu menumbuhkan minat berwirausaha, menemukan tipe kewirausahaan yang cocok bagi setiap peserta pelatihan, dan mampu menghadapi tantangan yang dihadapi saat akan memulai sebuah usaha (Dev et al, 2010). Selain itu, pelatihan kewirausahaan juga mampu menambah pengetahuan dan mengasah keterampilan peserta (Ogundele & Abiola, 2012), sehingga pelatihan kewirausahaan bagi pelajar merupakan tindakan yang tepat untuk mencetak pengusaha-pengusaha muda baru yang potensial. Program pelatihan yang diberikan tidak hanya mengenai teori tentang enterpreneurship namun mereka juga didorong untuk langsung menjalankan usaha yang berasal dari ide mereka sendiri, sehingga mereka dapat mengetahui bagaimana peluang dan hambatan yang dihadapi ketika menjadi seorang entrepreneur. Program ini juga diharapkan dapat membuka wawasan kepada para pelajar bahwa selama ini stigma masyarakat yang cenderung mengarahkan anak-anak mereka untuk dapat menjadi pegawai bergeser dan mulai membuka mata untuk menjadi seorang pengusaha. Sehingga lulusan SMA/ MA khususnya yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya memiliki kesempatan meningkatkan taraf hidup mereka. Mereka tidak hanya menjadi karyawan yang digaji rendah di perusahaan namun dapat membuka lapangan kerja baru yang dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Penerapan Karya Tulis, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan
Program wajib belajar sembilan tahun mendorong warga negara Indonesia untuk menamatkan sekolah sampai ke jenjang SMA/ MA. Bagi kalangan yang mampu khususnya di kota besar, mereka akan meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun masih banyak lulusan SMA/MA yang memutuskan untuk mencari pekerjaan karena berbagai faktor, terutama faktor ekonomi. Kondisi ini biasanya dialami oleh pelajar didaerah pinggiran seperti kabupaten atau desa-desa terpencil. Berbeda dengan lulusan SMK yang dibekali keterampilan dan siap bekerja, lulusan SMA/MA tidak dibekali dengan bidang keahlian apapun. Padahal para pelajar tersebut tentunya merupakan aset bangsa dan memiliki potensi yang besar untuk berkontribusi pada perkembangan Negara Indonesia ini. Sehingga perlu perhatian lebih untuk mendorong dan mengarahkan pelajar SMA/MA ini agar mampu mengeksplore potensi yang dimiliki dan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.