Mitra Djamal
Desa Karangsono sebagai obyek pengamatan memiliki lebih dari 20 pabrik gula merah yang dikelola tiap kepala keluarga. Tiap beroperasi, tiap pabrik gula mampu melakukan penggilingan 8-11 ton tebu/hari, kapasitas produksi gula merah 600-800kg/hari. Dengan kapasitas limbah ampas tebu 1-2 ton/hari, limbah arang ampas tebu 100kg/hari. Obyek pengabdian dilakukan pada salah satu pabrik gula masyarakat di Desa Karangsono. Bagi masyarakat sekitar, limbah ampas tebu dan arang hanya ditumpuk digudang penyimpanan selama musim giling. Akar permasalahan yang dihadapi masyarakat Desa Karangsono adalah kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan limbah ampas tebu. Pada umumnya, ampas tebu dibakar seminggu sekali untuk mengurangi jumlah tumpukan ampas tebu dalam jumlah besar. Cara ini juga menimbulkan permasalahan asap pembakaran yang pekat dan menyebar. Dekatnya lokasi pabrik dengan perumahan warga memberikan dampak gangguan pernafasan dan lingkungan. Sehingga permasalahan limbah tebu menjadi permasalahan sosial, lingkungan dan kesehatan yang saat ini dihadapi masyarakat Desa Karangsono. Filter asap ramah lingkungan berbasis limbah arang ampas tebu dan ampas tebu. Secara garis besar, di dalam cerobong asap akan diisi secara berlapis bahan-bahan penyaring udara dan polutannya. dengan penerapan teknologi tersebut, berpeluang tercipta usaha pembuatan cerobong asap sebagai filter udara yang dapat diaplikasikan pada industri gula merah di Kabupaten Tulungagung.
Penerapan Teknologi Tepat Guna
Proses pengolahan limbah tebu dan arang tebu yang sangat sederhana dikarenakan terbatasnya pengetahuan pengolahan limbah merupakan masalah yang harus segera diatasi demi keberlangsungan lingkungan kerja industri yang ramah lingkungan.