Mengembangkan Kemandirian Ekonomi Warga Dusun Pakusorok
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Dr. Saleh Wikarsa



Ringkasan Kegiatan

Desa Pakusorok, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, bukan desa tertinggal tetapi belum terbilang sejahtera. Lokasinya berada pada ketinggian sekitar 1000 meter di diatas permukaan laut, dan berjarak sekitar 40 km dari kota Bandung. Tanahnya subur dan cocok ditanami sayuran ataupun palawija. Mata pencaharian warganya secara umum adalah petani penggarap-peternak. Semuanya dilakukan secara empirik tanpa ilmu pengetahuan apalagi teknologi yang melandasi. Warga belum memiliki wawasan tentang manajemen kawasan sehingga urutan tanam, luas lahan yang diperlukan sampai perubahan iklim dilakukan sembarang. Warganya tergolong rajin bekerja tetapi tidak cukup tersedia lapangan pekerjaan. Dengan demikian, warga berharap waktu luang yang ada setiap harinya dapat diisi dengan kegiatan yang bersifat ekonomis dan edukatif. Berangkat dari latar belakang dan masalah yang ada, tujuan PPM ini untuk mengembangkan potensi SDM dan SDA di dusun Pakusorok. Metodologi yang digunakan, a. Pertanian Budidaya dan penanaman singkong mangu; Budidaya rumput odot (khas domba) dan kaliandra; Budidaya tanaman pembasmi cacing b. Peternakan Pembentukan sub-kelompok peternak Budidaya ternak domba garut; Penyediaan pakan alami (campuran rumput odot, kaliandra dan obat cacing); Penyediaan pupuk organik (fermentasi kotoran domba) Kerjasama dengan pihak penyedia daging domba; Kerjasama dengan pihak-pihak penyedia domba kurban c. Produksi Bawang Goreng Pembentukan sub-kelompok unit usaha Bawang Goreng Penyediaan alat produksi (mesin pengiris bawang, kompor gas, tabung elpiji, wajan, alat penggoreng lainnya, spinner atau mesin sentrifus, alat pengemasan) Pengurusan PIRT; Promosi dan pemasaran produk; Pelatihan operasionalisasi peralatan, perawatan dan reparasi; Peningkatan daya listrik PLN menjadi 1.300 watt d. Produksi Keripik Singkong Pembentukan sub-kelompok unit usaha Keripik Singkong Penyediaan alat produksi (mesin/alat pengiris singkong, kompor gas, tabung elpiji, wajan, panci pemasak air panas, perlengkapan penggorengan lainnya, alat pengemasan) Pengurusan PIRT; Promosi dan pemasaran produk; Pelatihan operasionalisasi peralatan, perawatan dan reparasi; Peningkatan daya listrik menjadi 1.300 watt e. Pelatihan manajemen usaha Penyusunan dan penetapan AD/ART usaha kelompok Penyusunan SOP usaha ternak, bawang goreng dan keripik singkong Pelatihan penggunaan lab-top dan internet untuk pembukuan, komunikasi niaga, promosi on-line; Pelatihan promosi dan pemasaran produk



Capaian

Bertumbuhkembangnya kemandirian warga kelompok dalam perekonomian, peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi warga, serta tumbuhnya kesadaran warga akan atensi ITB pada kesejahteraan masyarakat Bandung.



Testimoni Masyarakat

Teknik berternak domba masih tradisional juga pemasarannya masih mengandalkan hari raya Qurban. Pakan yang hanya mengandalkan rumput lokal dan daun-daunan hasil panen tanpa diolah menyebabkan domba tidak memperoleh gizi yang cukup. Adanya penyakit cacingan yang banyak menyerang ternak domba warga dan selama ini diatasi dengan obat sintetis, menjadi beban ekonomi peternak. Di samping itu, bulu domba setelah dicukur diperlakukan sebagai limbah, belum dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan atau sejenisnya. Fluktuasi harga bawang merah menyebabkan petani mengalami kerugian, belum lagi cuaca yang tidak bisa diprediksi. Persoalan lain adalah komoditas singkong. Varietas yang ditanam hanya dapat dijual tanpa olahan pasca panen. Kripik singkong yang sudah coba diproduksi untuk konsumsi lokal masih belum renyah. Dalam wujud produk semacam ini, harga jualnya rendah. Kedekatan warga dengan teknologi (meskipun masih sederhana) di lahan belum disertai dengan pemanfaatan teknologi dalam dunia usaha. Warga belum ada kegiatan yang bersifat produktif selain bertani dan berternak. Petani juga sama sekali tidak memahami bagaimana melakukan manajemen Kawasan lahan pertanian yang dikerjakan, semua masih tanpa perhitungan.