Membangun Ketangguhan Kampus ITB terhadap Bencana (lanjutan)
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Krishna Suryanto



Ringkasan Kegiatan

Terletak di zona pertemuan 3 lempeng menjadikan Indonesia berada di jalur sesar aktif dengan konsekuensi banyaknya kejadian gempa bumi. Pada tahun 2009, gempa tasik dengan M7.0 menimbulkan goncangan yang terasa cukup kuat hingga ke Bandung, dan menyebabkan beberapa gedung di kampus ITB retak. Pada Bulan Agustus tahun 2011, daerah Cisarua-Lembang mengalami gempa bumi dengan Mw 3,3 di kedalaman 10 km mengakibatkan 100 rumah warga rusak ringan. Pada tahun 2017, telah dilaunching Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia dimana banyak peneliti dari ITB juga terlibat dalam penyusunannya. Patahan aktif terdekat dari kota Bandung yaitu Patahan Lembang dinyatakan aktif dengan potensi gempa dengan skala magnitudo 6.8. Bandung memiliki vulnerabilitas tinggi akibat jumlah penduduk hampir 2.5 juta dan laju pertumbuhan penduduk 1.81%. Berada di Kota Bandung, ITB memiliki potensi yang besar untuk ikut terdampak gempa akibat patahan lembang maupun gempa dari zona subduksi. Universitas sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, juga memiliki peran dalam tanggap bencana yang lebih luas. Dalam hal ini Universitas diharpakan mampu mengadopsi konsep Disaster Resilience University (DRU). Dalam konsep DRU, universitas memaksimalkan proses komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi dalam menghadapi keadaan darurat bencana serta proses pemulihannya. Institut Teknologi Bandung, sebagai salah satu universitas di Indonesia, perlu mengorganisasi diri untuk menjadi salah satu disaster resilience university. Selain itu, pada akhir tahun 2017, telah keluar Peraturan Gubernur mengenai Tim Reaksi Cepat, dimana ITB menjadi salah satu tim yang ditunjuk.



Capaian

Penerapan Karya Tulis, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan



Testimoni Masyarakat

Masyarakat kampus terdiri dari seluruh individu yang berkegiatan di kampus, yaitu Dosen, Mahasiswa, K3L, Satpam, PPMB, pegawai TU, pegawai kebersihan, dan semua yang berkegiatan di kampus. Adapun setiap bagian individu tersebut memiliki peranan dan tanggung jawab dalam hal keamanan dan keselamatan diri dan lingkungan disekitarnya untuk menghadapi bencana, bukan hanya tanggung jawab K3L dan Satpam ITB saja. Meninjau pentingnya pemahaman peran tersebut, pelaksanaan PM ini akan menargertkan seluruh lapisan masyarakat di kampus ITB, mulai dari mahasiswa, dosen, staff pegawai kemanana, kebersihan dan seluruh yang beraktivitas di dalam Kampus Ganesha, Jatinangor dan Rektorat ITB.