Krishna Suryanto
Universitas sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, juga memiliki peran dalam tanggap bencana yang lebih luas. Dengan fasilitas dan sumber daya manusia yang dimiliki, universitas dalam kondisi gawat bencana diharapkan mampu mengambil peran besar dan tanggap dalam mengurangi dampak buruk bencana bagi masyarakat umum. Dari potensi dan peran tersebut, universitas mampu mengambil langkah-langkah untuk mengadopsi konsep Disaster Resilience University (DRU). Dalam konsep DRU, universitas memaksimalkan proses komunikasi, kolaborasi, dan koordinasi dalam menghadapi keadaan darurat bencana serta proses pemulihannya. Institut Teknologi Bandung, sebagai salah satu universitas di Indonesia, perlu mengorganisasi diri untuk menjadi salah satu disaster resilience university. Selain itu, pada akhir tahun 2017, telah keluar Peraturan Gubernur mengenai Tim Reaksi Cepat, dimana ITB menjadi salah satu tim yang ditunjuk. Dalam memulai adopsi konsep DRU, Institut Teknologi Bandung tidak perlu membentuk sistem tanggap bencana yang benar-benar baru. Fasilitas, pengetahuan, serta sistem yang sudah ada perlu dilihat dan ditinjau ulang sehingga didapatkan hal-hal yang perlu ditingkatkan. Institut Teknologi Bandung juga harus menggunakan seluruh elemen terkait yang ada di dalamnya dan juga melibatkan keseluruhan elemen tersebut dalam perancangan DRU. Dengan begitu, elemen-elemen dalam kampus yang berkaitan langsung terhadap proses pembentukan DRU menjadi paham dengan rancangan tersebut serta mampu memulai tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh masing-masing elemen. Tak luput juga hubungan dengan lembaga eksternal penting untuk dijaga sebagai usaha tercapainya konsep DRU ini.
Penerapan Karya Tulis
Pada tahun 2017, telah dilaunching Petas Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia dimana banyak peneliti dari ITB juga terlibat dalam penyusunannya. Patahan aktif terdekat dari kota Bandung yaitu Patahan Lembang dinyatakan aktif dengan potensi gempa dengan skala magnitudo 6.8. Bandung memiliki vulnerabilitas tinggi akibat jumlah penduduk hampir 2.5 juta dan laju pertumbuhan penduduk 1.81%. Berada di Kota Bandung, ITB memiliki potensi yang besar untuk ikut terdampak gempa akibat patahan lembang maupun gempa dari zona subduksi.