Pandji Prawisudha
Pertumbuhan eceng gondok di wilayah Waduk Cirata sebagai bagian dari Sungai Citarum menutupi hampir seluruh permukaan waduk pada tahun 2015. Permasalahan yang timbul tidak hanya merusak estetika badan air, namun menganggu kehidupan biota air dibawahnya dan serta menghambat jalur transportasi nelayan disekitar waduk. Untuk mengatasi permasalahan ini, kampus ITB bekerja sama dengan PM Citarum Harum untuk mencari solusi yang efisien. Solusi yang yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalah ini adalah dengan mengolah eceng gondok menjadi produk yang memiliki nilai jual dan pemanfaatan nya maksimal. Untuk mengolah eceng gondok dilakukan penelitian dengan menggunakan proses torefaksi basah. Torefaksi basah atau hidrotermal merupakan proses termokimia dengan media air dan biomassa yang dapat meningkatkan nilai karakteristik dari biomassa. Penelitian awal dilakukan dengan menggunakan alat torefaksi basah skala laboratorium dengan parameter variasi yaitu temperatur (120°C, 140°C, 160°C dan 180°C). Dari pengujian ini akan didapatkan dua produk dari proses torefaksi basah, produk padatan dan produk cairan. Produk cairan akan uji kandungan nitrogen, fosfos dan kalium (NPK) sebagai kandungan nutrisi makro yang dibutuhkan oleh tanaman dalam pupuk cair. Didapatkan mulai temperatur operasi 140°C kandungan NPK yang dimiliki produk cairan ini memenuhi Standard Nasional Indonesia untuk pupuk organic cair. Produk padatan hasil torefaksi basah dikeringkan untuk mengeluarkan kandungan air dalam produk padatan basah. Setelah mendapatkan padatan kering, maka pemanfaatan sederhana nya adalah sebagai media tanam bagi tanaman.