Konstruksi Arsitektural Pada Ruang Publik Bertema Budaya Kreatif Tanah Liat Dengan Pendekatan Modal Budaya Dan Produksi Ruang.Kasus: Ruang Publik Pada Kawasan Industri Genteng Di Jawa Barat Dan Jawa Tengah (Jatiwangi Majalengka Dan Sokka Kebumen)
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Agus Suharjono Ekomadyo



Ringkasan Kegiatan

Budaya kreatif yang berkembang di Indonesia ternyata mampu mentransformasikan warisan budaya lokal Nusantara menjadi lebih aktual dan mampu menarik perhatian dunia, seperti kreativitas dan inovasi pada tradisi batik dan kopi Nusantara. Salah satu budaya lokal Nusantara yang berpotensi untuk direaktualisasi secara kreatif adalah budaya tanah liat, dengan locus yangtersebar di tanah air, seperti gerabah Plered Purwakarta, bata Garut, gentengJatiwangi Majalengka, gerabah Sitiwinangun Cirebon, genteng Sokka Kebumen,gerabah Tembayat Klaten, gerabah Kasongan Bantul, dan sebagainya. Ketikaindustri berbasis tanah liat mengalami disrupsi, yang ditandai dengan menurunnya jumlah usaha produktanah liat, di Jatiwangi justrumuncul gerakan kreatifberbasis seni yang mampu mereaktualisasi budaya tanah liat ke dalam diskursusyang mampu menarik perhatian dunia, dan membawanya ke domain publik lewatdiskursus “Kota Terakota”. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimaksudkan untukmemperluas diskursus budaya kreatif tanah liat Nusantara lewat desain dankonstruksi arsitektur pada ruang publik. Luaran utama adalah artifakarsitektural bertema budaya kreatif tanah liat yang bisa dimanfaatkan,dinikmati, dan memberikan makna bagi masyarakat. Pengguna hasil kegiatanpengabdian masyarakat ini adalah komunitas Genteng Jatiwangi di Kabupaten Majalengka Jawa Barat dan komunitas genteng Sokka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Lokasikonstruksi artifak arsitektural adalah ruang publik di desa Jatisura KabupatenMajalengka dan desa Logede Kabupaten Kebumen, yang menjadi tempat keduakomunitas genteng tersebut mengembangkan usahanya. Pengabdian masyarakat inidilaksanakan dengan pendekatan Modal Budaya (Cultural Capital) dan Produksi Ruang (Production of Space), yang melihat bagaimana pengetahuan,ketrampilan, tatakrama, dan mandat yang dipunyai oleh masyarakat bisa mendoronganeka gerakan kreatif dan mampu menghasilkan ruang-ruang arsitektural yangmerepresentasikan nilai-nilai, gagasan, dan diskursus tentang budaya tanahliat. Artifak arsitektural sebagai luaran utama kegiatan pengabdian masyarakatini ditempatkan sebagai mediator untuk merepresentasikan diskursus danmemperluas jejaring gerakan kreatif tanah liat Nusantara ke wilayah publikuntuk memberikan dampak yang lebih luas bagimasyarakat.



Capaian

Kegiatan, Karya Seni/Arsitektur, Karya Tulis, Laporan Akhir



Testimoni Masyarakat

a. Terbangunnya proyek konstruksi arsitektural pada ruang publik di Jatisura sebagai model bagaimana artifak arsitektural menjadi representasi diskursus budaya tanah liat. b. Penguatan pemahaman bersama tentang budaya kreatif tanah liat bagi para pelaku kunci, yakni komunitas genteng di Jatiwangi dan Sokka. Diharapkan komunitas-komunitas akan semakin menghargai serta melestarikan budaya kreatif ini. c. Proyek ini dapat memperluas diskursus budaya kreatif tanah liat, dimana diseminasi gagasan “Kota Terakota” Jatiwangi oleh komonuitas Jatiwangi Art Factory ke komunitas kreatif genteng Sokka Kebumen dapat tersampaikan