Russ Bona Frazila
Logistik memiliki peranan penting dalam mendistribusikan hasil panen agrikultur di Indonesia. Untuk daerah Kecamatan Pangalengan saja, setidaknya jumlah produksi hasil bumi pada tahun 2017 tercatat sebanyak 362.897-ton atau kurang lebih 22% dari total produksi se- Kabupaten Bandung. Namun, sistem logistik untuk barang kebutuhan masyarakat pada tingkat desa masih terlalu panjang dan tidak efisien mulai dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen. Akibatnya, penetapan harga barang menjadi mahal karena biaya yang dikeluarkan untuk distribusi sangat besar. Potret kondisi ini pada dasarnya memberikan ilustrasi terkait gambaran utuh kondisi angkutan barang di pedesaan. Terlebih khusus pada tahun ini, terjadi pandemi COVID 19 yang bermula di negara China / Tiongkok dan kemudian menyebar ke seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Angkutan barang pedesaannya dengan produk utama pertaninan umumnya menghadapi beberapa isu utama yaitu: 1) Harga jual produk yang rendah, 2) Isu jenis barang yang sangat sensitif terhadap waktu dan kerusakan (perishable), 3) Tonase barang yang umumnya tidak begitu besar, serta 4) Empty backhauls (kosong ketika pulang ke asal). Permasalahan ini ditambah dengan kondisi pandemic COVID -19 yang menimbulkan ketidakpastian aktivitas pertanian dan logistik di wilayah studi. Kegiatan ini dilakukan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, yang pada tahun sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat untuk pengembangan sistem transportasi sekolah.
Penerapan Karya Tulis
Kondisi pandemi COVID-19 mempengaruhi operasional logistik pedesaan dimana operasional angkutan barang cenderung mengalami peningkatan akibat diberlakukannya kebijakan work / school from home. Dimana saat ini banyak orang berbelanja kebutuhan sehari-hari dengan sistem online. Oleh karena itu menjadi menarik untuk mempelajari konsep logistik pedesaan yang berkelanjutan dan pengaruh pandemi COVID 19 ini terhadap opersional angkutan logistik pedesaan.