Tri Suciati
Penularan cepat infeksi SARS-CoV-2 telah menyebarkan pandemi COVID-19 dan mengancam lebih dari empat puluh tiga juta orang di seluruh dunia. Ketiadaan vaksin dan obat yang untuk memerangi penyakit ini, telah mendorong Pemerintah dan masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sehat yang diperlukan untuk meminimalkan penularan penyakit dalam masyarakat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang didukung oleh Program Pengabdian kepada Masyarakat Bottom-up Institut Teknologi Bandung 2020 yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Manarul Huda Bandung ini dilakukan untuk mendukung santri dalam menyediakan lingkungan yang dibutuhkan untuk mengurangi penyebaran penyakit. Dua masalah pokok yang dihadapi dalam program ini, yaitu: keterbatasan akses internet bagi siswa selama berada di sekolah yang membatasi aktivitas berbasis online dan kesenjangan komunikasi pendidikan kesehatan untuk pesantren tipe salafiyah yang tidak memiliki mata pelajaran IPA dalam kurikulumnya. Cara edukasi kesehatan berbasis praktik ini diperlukan untuk menarik perhatian dan minat santri dalam mempelajari cara-cara masuknya penyakit melalui kulit serta berbagai alternatif cara pencegahannya. Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan secara komprehensif terdiri dari program penyuluhan kesehatan di kelas yang diikuti dengan pelatihan pembuatan sabun tangan sederhana untuk menekankan kesadaran siswa tentang pentingnya kebersihan tangan, dan pengetahuan yang lebih dalam tentang pentingnya sabun dalam mencegah invasi patogen pada kulit.
Penerapan Karya Tulis, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan
Di situasi pandemi seperti ini sangat penting untuk meningkatkan sistem kekebalan dan kesehatan individu, serta menerapkan protokol kesehatan seperti kebersihan tangan, pemakaian masker wajah, dan social distancing. Penerapan protokol kesehatan ini menjadi tantangan di banyak pesantren di Indonesia dimana banyak santri yang datang dari berbagai tempat tinggal bersama dalam satu rumah. Orang tua dan kerabat yang berkunjung ke pesantren atau kegiatan siswa di luar pondok dapat membawa risiko penularan penyakit yang tak terhindarkan.