Mitra Djamal
Sistem Informasi Geografis (SIG) atau GIS (Geoghraphic Information System) merupakan suatu sistem yang dapat melakukan pengumpulan, penyimpanan, analisis dan penyajian suatu objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting dalam melakukan analisis. Selain dibutuhkan data geografis, komponen penting laing dalam GIS diantaranya adalah perangkat keras, perangkat lunak serta sumber daya manusia yang bekerja secara efektif sehingga GIS bisa diimplementasikan sesaui harapan. Selanjutnya, GIS juga sudah diaplikasikan di bidang pertanian. Komoditi pertanian yang berhubungan langsung dengan keuntungan dari hasil pertanian diharapkan bisa ditingkatkan dengan bantuan teknologi GIS diantaranya melalui contoh-contoh aplikasinya sebagai berikut: untuk pemantauan produksi pertanian dengan pemetaan lahan untuk deteksi pencemaran lingkungan, monitoring kondisi tanaman, prediksi potensi hasil pertanian, wilayah terserang hama, wilayah siap produksi, analisis resiko gagal tanam, masa tanam yang tepat, perhitungan curah hujan di lahan pertanian, skenario pola tanam, keadaan tanaman dan parameter tanah, kadar air, pemetaan sumber daya irigasi, kebutuhan pupuk dan lain. Selain bisa membuka peluang potensi peningkatan pendapatan petani melaui peningkatan posisi tawarnya, implementasi GIS di bidang pertanian diharapkan bisa mendorong terbentuknya jaringan infrormasi pertanian d tingkat lokal dan nasional serta memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal supaya bisa diakses secara global. Sistem informasi komoditi pertanian yang dimaksud diantaranya adalah keberadaan lokasi, koordinat posisi, luasan daerah produksi, informasi harga, fluktuasi perubahan harga, produksi total, distribusi penyebaran produksi dan lain-lain.
Penerapan Teknologi Tepat Guna
Wilayah Bandung dan sekitarnya memiliki sekitar lebih dari 100 ribu hektar wilayah pertanian yang berpotensi meningkatkan pendapatan dan perekonomian baik petani ataupun negara. Namun sayangnya, beberapa kendala kerap dihadapi petani atau kelompok petani di wilayah Bandung, misalnya susahnya memasarkan produk pertanian, kegagalan panen yang tidak terprediksi, susahnya mendapatkan dana bantuan usaha dan lain sebagainya. Semua ini terjadi karena minimnya informasi yang didapat oleh konsumen, pemerintah atau para peneliti di bidang pertanian terhadap kondisi para petani tersebut.