Irianti Bahana Maulida Reyaan
Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, Lempeng Samudera Hindia, dan Samudera Pasifik. Kondisi geografis Indonesia berpotensi menimbulkan berbagai dampak bencana alam. Belakangan ini, kondisi bencana di Indonesia semakin meningkat. Contoh bencana yang terjadi di Indonesia adalah banjir dan kasus Pandemi COVID-19 yang semakin meningkat. Beberapa daerah dengan tingkat kejadian bencana yang cukup tinggi di Jawa Barat di antaranya yaitu Tasikmalaya dan Garut (banjir dan tanah longsor), serta Lembang dan Pangandaran (potensi gempa). Maka dari itu, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan salah satu faktor penting untuk dimiliki masyarakat dalam menghadapi bencana. Sebab, pemahaman masyarakat terhadap bahaya potensi bencana serta mitigasi yang perlu dilakukan untuk mencegah dan mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana masih rendah. Ikatan Apoteker Indonesia membentuk Apoteker Tanggap Bencana (ATB) yang berperan dalam mitigasi bencana, khususnya terkait dengan obat-obatan yaitu perencanaan obat, pengadaan obat, penyimpanan obat, distribusi obat, dan pemberian informasi obat. Sehingga, farmasis sebagai tenaga kesehatan juga dapat terlibat dalam memfasilitasi masyarakat untuk memberikan informasi terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana yang dapat terjadi. Maka dari itu, peran farmasis dan pihak lain sangat diperlukan dalam upaya mitigasi bencana. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan informasi mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana pada masyarakat terutama di daerah rawan bencana.Pada pengabdian masyarakat ini dilakukan edukasi terkait mitigasi bencana yaitu peran tenaga kesehatan khususnya farmasis dalam mitigasi bencana, analisis risiko bencana, communication risk dan persiapan menghadapi bencana, serta kesiapan fisik dalam menghadapi bencana. Selain menggunakan media ceramah, dilakukan juga edukasi dengan metode permainan. Dari 406 peserta yang mengikuti pengabdian masyarakat terdiri dari tenaga kesehatan (73,45%), mahasiswa (22,33%), akademisi (2,33%), dan masyarakat umum/belum bekerja (1,99%). Secara umum, tingkat pengetahuan peserta pengabdian masyarakat mengalami peningkatan dan sebagian besar menyatakan menyatakan puas terhadap pengabdian masyarakat yang dilaksanakan dinilai dari materi edukasi, penyampaian narasumber, penyelenggaraan acara oleh panitia, media edukasi dan informasi yang diberikan, serta waktu penyelenggaraan pengabdian masyarakat. Selanjutnya, diharapkan terdapat edukasi terkait mitigasi bencana dengan cakupan materi dan target yang lebih luas.
Publisitas
Manfaat dari proyek ini adalah dapat memberikan edukasi/informasi kepada tenaga kesehatan dan masyarakat umum (khususnya di daerah bencana) yang diisi oleh narasumber dengan kepakaran di bidangnya masing-masing, yaitu terkait Peran tenaga kesehatan khususnya Farmasis dalam mitigasi bencana, cara menganalisis risiko bencana, peran pemerintah dan communication risk pada kondisi bencana, serta cara meningkatkan kesiapan fisik dalam menghadapi bencana. Selain pemberian edukasi dengan metode ceramah, terdapat juga simulasi metode permainan (beta version) dengan flashcard yang dimasukkan dalam sesi ice breaking. Dari kombinasi antara metode ceramah dan permainan yang diberikan. Dapat dilihat bahwa respon peserta/partisipan sangat baik (dari hasil kuesioner kepuasan) dan terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan (dari kuesioner pengetahuan).