Educoast - Edukasi Masyarakat melalui Sekolah Siaga Bencana Abrasi Pantai di Kabupaten Pangandaran
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Ivonne Milichristi Radjawane



Ringkasan Kegiatan

Masalah abrasi pantai merupakan salah satu definisi bencana UU No 24/2007 karena merusak fasilitas sarana dan prasarana pesisir dan mengakibatkan kerugian cukup besar. Pantai Barat Kecamatan Pangandaran telah mengalami abrasi yaitu pengikisan pantai hampir lebih dari 200 m (Pikiran Rakyat, 2013) dan kawasan pantai wisata Batukaras, Kecamatan Cijulang telah mengalami abrasi sepanjang empat kilometer dan lebar 12 meter. Akibat dari abrasi erosi pantai telah menyebabkan kemunduran garis pantai yang bisa mengancam kehidupan dan penghidupan masyarakat pesisir (Wahyudi, dkk. 2009). Abrasi yang terjadi di kawasan Kabupaten Pangandaran tersebut terutama disebabkan faktor alami seperti cuaca buruk yang menimbulkan gelombang tinggi dan ketiadaan penahan ombak (Harapan Rakyat, 2015). Perubahan iklim memicu peningkatan aktivitas cuaca ekstrim dan gelombang tinggi. Faktor non alami seperti alih fungsi lahan dan pengurangan areal bakau berperan mempercepat kerusakan pantai. Kesadaran publik merupakan salah satu faktor utama dalam pengurangan resiko bencana yang efektif. Masyarakat mutlak dan harus terlibat aktif dalam menghadapi bencana (Hidayati, 2008). Modul Educoast disusun dengan Bahasa sederhana yang mengacu pada materi Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) dan dirancang untuk kegiatan efektif selama 5 hari termasuk praktek berkoordinasi dengan Pemda Kabupaten Pangandaran. Sasaran modul interaktif ini adalah guru dan siswa sekolah menengah di Pangandaran yang diajak untuk mengamati, menemukan, dan mengukur abrasi pantai. Kemudian melakukan rehabilitasi melalui penanaman mangrove dan membuat proteksi pantai dengan serabut kelapa (prosapa).



Capaian

Penerapan Karya Tulis, Pelaksanaan Kegiatan Kepedulian Sosial berupa pendidikan/penyuluhan/pendampingan



Testimoni Masyarakat

Secara geografis, Pangandaran memiliki 91 km garis pantai yang menghadap ke Samudera Hindia (Pemda Pangandaran, 2012). Samudera Hindia di belahan bumi selatan merupakan lautan terbuka yang sangat dipengaruhi angin sebagai pembangkitan gelombang. Rata-rata gelombang tertinggi di Pangandaran mencapai 1,46 meter (Rizal AM, 2017) yang berpotensi menyebabkan abrasi pantai. Di sisi lain, badai siklon juga bisa membangkitkan gelombang badai atau storm surge yang akan merendam dan mengikis pantai seperti Badai Jacob tahun 2006 yang membanjiri pantai Barat Kecamatan Pangandaran sedalam 0,74 meter (Ningsih NS dkk, 2007). Sektor pariwisata Pangandaran yang mayoritas berlokasi di pesisir tentu akan terkena dampak dari abrasi. Hal ini juga mengancam kehidupan masyarakat yang bermukim dekat dengan garis pantai. Pada kajian zonasi abrasi oleh Oseanografi ITB tahun 2017, mayoritas Pesisir Pangandaran mengalami abrasi. Oleh karena itu, masyarakat lokal perlu mengetahui bagaimana mengukur dan menangani bencana abrasi tersebut.