Pathmi Noerhatini
Luas areal tanam kopi arabika dan jumlah petani kopi semakin meningkat di Kabupaten Luwu sejalan dengan meningkatnya harga jual buah kopi fase cherry merah, dan tingginya permintaan untuk mengisi pabrik pengolahan kopi di luar Luwu seperti di Toraja dan Makassar. Hal ini menguntungkan komunitas petani kopi arabika, namun menyebabkan kendala dalam pemasaran dalam bentuk green bean dan kopi serbuk.
Oleh karena itu, kami mengajukan kegiatan untuk membantu komunitas petani kopi di kabupaten Luwu untuk melakukan citra merek kopi menuju pemasaran secara digital. Citra merek berbasis design thinking adalah metode penyelesaian masalah yang berfokus pada karakteristik produk dan khalayak sasaran produk, sesuai dengan tujuan program pengabdian kepada masyarakat yaitu produk olahan kopi dari kabupaten Luwu. Pelaksanaan penelitian dialukan dari bulan Maret 2023 sampai November 2023 di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Kami melakukan pemetaan anggota komunitas dan potensi sumberdaya alam. Kami juga berdiskusi dan melakukan pemaparan materi branding kopi kepada komunitas tersebut. Kami mengambil sampel kopi green bean untuk dilakukan pengujian di Balai Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di Jember. Sampel kopi yang dianalisis berdasarkan kopi Arabika dan jenis pengolahan awal.
Pencitraan merek kopi arabika secara pemasaran digital adalah bagian dari transformasi digital. Berdasarkan uji mutu, kopi arabika dari kecamatan Latimojong menunjukkan mutu cita rasa yang baik. Pembuatan citra merekkopi Luwu juga mengaitkan dengan kearifan lokal, potensi produksi kopi dan tantangan digital. Kami mempresentasikan merek baru yaitu LATIcoffee untuk kopi Luwu.
Tujuan utama program pengabdian masyarakat Bottom Up 2023 adalah branding kopi robusta dan arabika yang dihasilkan para petani kopi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, menjadi cenderamata yang khas dan berdaya jual tinggi. Tujuan khusus adalah: (1) meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petani dalam proses branding kopi, (2) mengajarkan SOP GAP (Good Agriculture Practices) dan SOP GHP (Good Handling Practices) dalam budidaya tanaman dan pascapanen kopi melalui pelatihan.
Petani kopi telah mengetahui pentingnya branding kopi mereka. Hal ini akan memacu mereka untuk memproduksi kopi dengan standar yang sesuai dengan SOP GAP dan SOP GHP.