Deden Hendan Durahman
Di era yang dijalankan oleh perputaran roda kapitalisme, aspek produksi dan konsumsi tidak dapat lepas dari fotografi dan turunannya. Persepsi manusia kontemporer juga dibentuk oleh citraan fotografi. Fotografi yang memiliki habitus reproduksi tanpa batas, juga memberi akselerasi terhadap globalisasi budaya lewat citraan fotografi. Teknologi digital yang didukung oleh internet, menyeret fotografi semakin tidak terkendali dalam konteks produksi, konsumsi, dan manipulasinya. Hal ini menjadikan peran fotografi dalam budaya visual semakin radikal. Berlawanan dengan seni rupa modern, seni rupa kontemporer dianggap penting sebagai praktik budaya simbolik yang memberikan refleksi kritis. Dalam hal ini fotografi menjadi sangat relevan, karena dominasinya dalam kebudayaan masa kini, maupun perjalanan sejarah fotografi. Hal itu juga menunjukkan contingency karya-karya fotografi, yang membutuhkan wacana untuk menjustifikasi posisi pentingnya. Edisi pertama Bandung Photography Triennale 2022 kali ini mengusung tema utama Future is Now : Skepticism, New Reality and Infinities. Tema tersebut akan menjadi pedoman dari semua program di Bandung Photography Triennale dan diturunkan menjadi beberapa sub tema di setiap program. Bandung Photography Triennale memfokuskan diri pada praktik fotografi kontemporer yang terhubung dengan diskursus seni rupa kontemporer.Melalui fotografi kontemporer mereka juga melakukan otokritik dan exorcism dalam tubuh fotografi itu sendiri sekaligus pernyataan sosial akan kegelisahan atas kondisi bumi dan manusia di era anthropocene dalam perspektif distopia juga sangat dominan. Dari karya-karya yang ditampilkan sangat jelas keengganan seniman untuk membahas fotografi sebagai produk teknologi dalam aspek teknis. Bahkan beberapa karya begitu tegas menegasi untuk dibaca dengan semiotika dasar.Triennale fotografi ini sebagai tawaran untuk berada dalam medan seni rupa kontemporer Indonesia, yakni ketika karya-karya fotografi kontemporer belum terekognisi oleh wacana dan pasar semestinya. Situasi ini sangat berbeda dengan di Barat, yang diskursus, infrastruktur, serta audiensnya sudah terkondisikan dengan baik.