Epin Saepudin
Program pengabdian kepada masyarakat ini merupakan implementasi dari prinsip- prinsip teknokultur dalam rangka pemberdayaan masyarakat, yakni suatu sistem kultur yang terbangun sebagai akibat pemanfaatan teknologi untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat. Introduksi teknologi baru yang sesuai dengan zamannya ke adalam kehidupan masyarakat akan menghadirkan ketidakseimbangan dalam situasi masyarakat, karena itu diperlukan waktu, pembiasaan dan penguatan agar masyarakat mau menerima berbagai inovasi teknologi untuk kesejahteraan sehingga dapat tercapai keseimbangan yang lebih baik dibandingkan dengan situasi kehidupan sebelumnya. Program P3MI KKIK FSRD ITB ini berangkat dari berbagai potensi sekaligus permasalahan yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah sasaran. Berangkat dari sejumlah potensi dan permasalahan yang teridentifikasi, maka Tim kemudian merancang sebuah program pengabdian pada masyarakat dengan problem statement “Aplikasi Prinsip Teknokultur dalam Pemberdayaan Potensi Ekonomi Masyarakat Melalui Pelatihan Kewirausahaan (Pengemasan dan Pemasaran Produksi Olahan Pisang) di Kampung Cibereum Desa Tarumanagara Kecamatan Cigeulis Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten”
Penerapan Teknologi Tepat Guna
permasalahan yang dapat menghambat berkembangnya potensi yang dimiliki, antara lain; (a) penghasilan penduduk Desa Tarumanagara rata-rata di bawah 50.000/hari, (b) pisang sebagai salah satu komoditas utama masyarakat baru sebatas diolah menjadi keripik serta dengan teknik penjualan hanya dijajakkan di warung yang ada di kampus saja, (c) masyarakat belum mampu berinovasi dalam mengembangkan potensi perkebunan yang dimiliki, baik dalam hal penggunaan teknik pengemasan maupun pemasaran atas produk olahan pisang, dimana masyarakat hanya menggunakan teknik konvensional yang kurang menarik serta packaging yang mereka hasilkan tidak valuable dan bernilai jual tinggi, (d) internet dan media sosial (facebook, whatsapp, instagram, dan lain sebagainya) sudah banyak digunakan oleh masyarakat, namun belum dipergunakan untuk hal-hal positif seperti pemasaran produk dan lain sebaginya, yakni hanya sebatas untuk peningkatan eksistensi diri dan komunikasi darling dengan kolega. Padahal, jika masyarakat mampu membaca peluang, keberadaan media sosial dapat digunakan sebagai media pemasaran produk secara masif, berjangkauan luas, dan dapat diakses oleh siapa saja, serta (e) belum ada pelatihan mengenai teknik pengemasan dan pemasaran produk olahan pisang yang diterima masyarakat.