Analisis Perubahan Produk Gunungapi Guntur untuk Meningkatkan Akurasi Peta Risiko Bencana Daerah Garut, Jawa Barat
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Asep Saepuloh



Ringkasan Kegiatan

Kegiatan Pengabdian Masyarakat (PM) tahun 2016 ini merupakan kelanjutan dari PM tahun 2015 yaitu pembuatan metode untuk memetakan risiko bencana gunungapi Guntur secara dinamis. Dalam pembuatan peta risiko, aspek vulnerabilitas penduduk perlu diperhitungkan terutama kaitannya dalam kesiapan masyarakat saat bahaya letusan Gununapi terjadi. Tahun lalu didapatkan suatu metode untuk memetakan resiko berdasarkan metode Index Overlay (IO). Dari metode tersebut, diperoleh risiko terbesar berada di daerah sekitar kaki gunung sebelah timur. Hal ini dikarenakan parameter vulnerabilitas masyarakat di kaki gunung sebelah timur rendah. Ditemukan infrastruktur-infrastruktur warga seperti pemandian air panas dan perumahan didirikan tepat di daerah rawan bencana. Setelah dilakukan survey, ternyata warga masyarakat tidak begitu memahami mengenai bahaya yang bisa ditimbulkan oleh letusan Gunung Guntur. Berdasarkan hasil tersebut, PM 2016 dilakukan untuk melanjutkan pembuatan peta risiko bencana tidak hanya di sisi timur Gunung Guntur, tetapi juga di sekeliling Gunung Guntur. Survey vulnerabilitas dilakukan dengan sampling pada warga dan instansi yang ada di sekitar kaki Kompleks Gunung Guntur. Angket dan wawancara dilakukan untuk menilai tingkat vulnerabilitas masyarakat. Selain itu, faktor bahaya diperluas tidak hanya terpusat pada letusan Gunung Guntur, tetapi untuk seluruh letusan yang pernah terjadi di Kompleks Gunung Guntur. Pengambilan sampel batuan dan pembuatan peta geologi gunungapi dilakukan menggunakan data ALOS (Advanced Land Observing Satellite) PALSAR (Phased Array-type L-band Synthetic Aperture Radar) untuk meningkatkan akurasi peta bahaya yang diperoleh pada kegiatan tahun lalu.



Capaian

Penerapan Karya Tulis, Penanganan Darurat Bencana



Testimoni Masyarakat

Masyarakat di sekitar kaki Kompleks Gunung Guntur tidak begitu memedulikan aspek keselamatan dengan menganggap bahwa Gunung Guntur sudah tidak aktif lagi karena mereka belum pernah menyaksikan sebelumnya bahwa Gunung Guntur pernah meletus. Warga lebih menyadari pada bahaya longsor yang pernah terjadi daripada bahaya letusan gunungapi. Setelah dilakukan survey dan diskusi, warga bisa memahami kondisi Gunung Guntur yang sewaktu-waktu bisa meletus karena masih dikategorikan sebagai gunungapi aktif tipe A.