Sejumlah guru SD di Kecamatan Sepaku Penajam Paser Utara (PPU) diberi pelatihan melalui lokakarya oleh ITB Bandung sebagai upaya meningkatkan kapasitas para tenaga pendidik di Ibu Kota Negara (IKN).
Menurut Associate Profesor ITB, Nia Kurniasih, ada sebanyak 50 guru dari seluruh SD yang ada di Sepaku, turut serta dalam kegiatan ini. Mereka diberikan pelatihan berbahasa Inggris, serta terkait dengan wawasan kebangsaan.
Urgensi dari pelatihan ini kata dia, sebab IKN pindah ke Sepaku, tepat saat zaman destruktif, atau perubahan teknologi komunikasi yang cukup masif.
Jika para tenaga pendidikan tidak diberi bekal dari sekarang, maka dikhawatirkan akan terjadi banyak masalah, dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi ke depannya.
“Perpindahan IKN ini terjadi di era destruktif atau zaman ketika terjadi perubahan teknologi komunikasi secara besar-besaran,” ungkapnya pada Rabu (11/10/2023).
Ia menjelaskan bahwa, dalam beberapa waktu kedepan, akan ada pendatang ke Sepaku dari berbagai latar belakang, baik budaya, lokal hingga internasional.
Apabila masyarakatnya tidak diberikan pemahaman dan bekal berpikir kritis, maka dikhawatirkan dapat menjadi pengaruh terhadap kemajuan masyarakat Sepaku sendiri.
“Kami memandang bahwa akan diperlukan kemampuan SDM yang berpikir kritis, akan ada berbagai budaya nanti, itu sangat potensial terjadi, ada perubahan kemajuan masyarakat dengan perubahan teknologi,” jelasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, Alimuddin mengatakan bahwa kemajuan di IKN harus dikeroyok. Tidak hanya soal pembangunan tetapi juga dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM).
Selama ini, telah ada berbagai kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan SDM di Sepaku.
Jika masyarakat umum diberikan berbagai macam pelatihan keterampilan, maka tenaga pendidikan juga perlu diberikan bekal wawasan yang cukup.
Pelatihan bahasa dianggap cukup membantu, lantaran IKN akan mendunia. Artinya tidak hanya masyarakat Indonesia yang mendatangi Sepaku, tetapi juga dari luar negeri.
Selain ini, pelajaran bahasa Inggris juga sangat diperlukan untuk peserta didik. Upaya itu beriringan dengan dijadikannya pelajaran bahasa Inggris di tingkat SD sebagai mata pelajaran wajib, dan bukan lagi muatan lokal.
“Bahasa Inggris saya pikir bukan karena ada kurikulum ya tapi memang itu sudah wajib diberikan kepada anak-anak, bahkan istilahnya saya masih Kepala Dinas Pendidikan dulu, saya sudah siapkan tuh, sekali-kali kita yang menjadi contohnya, menjadi tempat orang belajar,” terang Alimuddin.
Seiring dengan hal itu, salah satu tenaga pendidik dari SD 010 Sepaku, Sri Wahyuni mengatakan bahwa, ia sangat terbantu dengan adanya pelatihan semacam ini. Kendala yang dihadapi di Sepaku, adalah keterbatasan bahasa.
Sehari-harinya mereka menggunakan bahasa Indonesia di sekolah, dan pengetahuan mengenai bahasa asing masih belum cukup.
Hal itu kata dia harus ditempa dari awal, maka khawatirnya tidak bisa mengiringi lajunya perkembangan IKN di daerahnya.
“Intinya sangat bangga dan bersyukur bisa ikut dalam kegiatan ini, otomatis bisa menambah wawasan lagi, pengetahuan baru lagi, selama ini kami masih kurang terutama bahasa untuk sehari-hari,” ujarnya.
Upaya untuk meningkatkan kualitas masyarakat Sepaku terus dilakukan. Tidak hanya kalangan guru, ibu-ibu, tetapi juga bagi para petani dan lainnya.
Belum lama ini, ITB juga membantu memberikan wawasan mengenai teknologi pertanian serta konstruksi, kepada masyarakat di Sepaku.