Tiga Jurus “Si Mantri Pasar”  Berdayakan Pasar Rakyat

Tiga Jurus “Si Mantri Pasar”  Berdayakan Pasar Rakyat

Tags: ITB SDGsDecent Work and Economy Growth, Economic Growth, Economic Productivity

Pasar adalah nadi setiap kota meski kerap terlupakan. Sorotan tajam tertuju hanya ketika pasar sudah nyaris mati, kumuh, kotor, dan bau yang membuat orang menjauh. "Dulu yang ke pasar ibu-ibu. Kemudian setelah generasi ibu bekerja, yang ke pasar jadi pembantunya, ibunya ke supermarket. Efeknya, kinerja pasar jadi menurun," kata peneliti Kelompok Keahlian Perancangan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Agus S. Ekomadyo, S.T., M.T. saat diwawancara Jumat, 16 Juli 2021.

Persoalan pasar tak sesederhana kelihatannya. Ambruknya pasar rakyat atau yang lebih sering disebut dengan pasar tradisional ini tak semata-mata karena gagal bersaing dengan pasar modern. Mengutip kajian SMERU Research Institute, Dr. Agus menyatakan, terpuruknya pasar rakyat di Indonesia lantaran kesalahan manajemen. “Ini yang menjadi akar ketidakberdayaan pasar rakyat. Mereka jadi tidak memiliki cukup sumber daya untuk bersaing dengan pasar modern, ditambah lagi kini hadirnya pasar-pasar virtual,” katanya.

Saat sorotan kian kencang dirasakan, barulah pemerintah memusatkan perhatiannya pada perbaikan pasar. Program-program revitalisasi pasar kemudian digalakkan oleh pemerintah pusat dan diikuti oleh pemerintah daerah. Ketika masih menjadi Wali Kota Surakarta, Presiden RI saat ini, Joko Widodo berhasil merevitalisasi pasar rakyat di Surakarta tanpa diwarnai konflik dengan pedagang. Selain itu, revitalisasi pasar yang biasanya mengandalkan dana swasta pun ditangani APBD. "Konsep beliau adalah ngewongke: memanusiakan para pelaku di dalamnya," kata Dr. Agus.

Konsep memanusiakan itu tak serta merta bisa diterapkan oleh kota lain maupun ditarik sebagai kebijakan skala nasional. Persoalan pasar rakyat di setiap kota ini sudah menahun, bahkan jauh sebelum para pemimpin daerah saat ini memegang tampuk pimpinan. "Di pasar itu ada perputaran uang. Uang dari retribusi seharusnya bisa digunakan untuk pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana pasar. Namun, uang yang berputar di pasar ini tidak semua kembali ke pasar, bocornya ada di mana-mana," tutur Dr. Agus.

Berangkat dari persoalan ini, Dr. Agus berpendapat, masalah pasar rakyat tak bisa selesai dengan pendekatan politik semata. Menurut dia, pendekatan teknologi bisa diujicobakan dalam tata kelola pasar rakyat di Indonesia. Ini yang ia cobakan dalam penelitiannya tentang Si Mantri Pasar (Sistem Manajeman Transparansi Pasar Rakyat).

Dr. Agus menjelaskan, Si Mantri Pasar merupakan sebuah platform yang dirancang sesuai dengan karakter pengelolaan pasar rakyat di Indonesia. Pasar rakyat di Indonesia lazimnya dijalankan oleh pengelola pasar, tidak langsung oleh pemerintah atau mandiri oleh pedagang sendiri. Platform ini tidak menghilangkan aktor-aktor yang ada di pasar saat ini. Teknologi justru membuat hubungan antarmanusianya menjadi stabil. "Si Mantri Pasar ini dirancang supaya bisa jadi sistem yang menjadi delegasi dari pengelola pasar," katanya.

Secara teknis, platform ini nantinya bisa diakses lewat ponsel. Terdapat tiga fitur utama yang dijalankan oleh platform ini. Pertama, sebagai penilaian mandiri pasar rakyat. Fitur ini untuk mendorong pasar memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). "Sertifikatnya ini mahal, kalau dinilai asesor dan hasilnya gagal, uangnya hilang," ujar Dr. Agus.

Dalam Si Mantri Pasar, pengelola pasar bisa melihat indikator-indikator SNI. Lalu mengisi mana yang sudah terpenuhi dan mana yang belum dan aplikasi akan menunjukkan, seberapa banyak indikator yang sudah terpenuhi. "Kalau masih kurang jauh, jangan ajukan sertifikasi dulu. Self assessment juga bisa menjadi dasar saat berkomunikasi dengan pemda. Penilaian pasar berdasarkan aplikasi akan lebih objektif. Memang, menata kelola pasar perlu tindakan politik. Namun, dengan data-data yang objektif, proses politik ini akan lebih stabil," ucapnya.

Beberapa indikator SNI pasar ini berkaitan dengan persyaratan umum, antara lain dokumen legalitas, lokasi, kebersihan dan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan. Kemudian terkait persyaratan teknis, seperti pengaturan ruang dagang, aksesibilitas dan zonasi, pos ukur ulang dan sidang tera, fasilitas umum, elemen bangunan, keselamatan dalam bangunan, pencahayaam, sirkulasi udara, drainase, ketersediaan air bersih, pengelolaan air limbah, pengelolaan sampah, sarana teknologi informasi dan komunikasi, serta digitalisasi pasar rakyat. Terakhir, tentang persyaratan pengelolaan yang mencakup tentang pengelola pasar, struktur pengelola pasar, dan pemberdayaan pedagang.

Fitur kedua Si Mantri Pasar adalah sebagai market place digital. Bedanya dengan market place umumnya saat ini, aplikasi menghubungkan langsung antara pembeli dan penjual, sedangkan Si Mantri Pasar ini menghubungkan pembeli dengan pengelola pasar. Pembeli tidak bertransaksi dengan pedagang, tetapi dengan pengelola pasar yang ia kehendaki. Sebuah pasar berubah menjadi sebuah toko serbaada digital di market place.
Cara ini diharapkan mampu menghidupi semua aktor yang ada di pasar. Penjual mendapatkan pembeli, pengelola pasar akan mendapatkan insentif dari setiap barang yang terjual. "Misalnya harga dari penjual Rp5.000 bisa dijual dengan Rp5.500. Ini bisa jadi insentif bagi pengelola," katanya. Nantinya, pengelola juga bisa memberdayakan tukang ojek yang ada di pasar untuk pengantarannya.

Dengan cara ini, pengelola dituntut mempunyai kemampuan wirausaha. Ia harus berusaha untuk mendapatkan pembeli, misalnya promo-promo menarik. Pengelola juga bisa menggandeng pihak-pihak lain untuk menyokong aktivitas ini. Menurut Dr. Agus, fitur ini bisa jadi akan dilepas dan dikembangkan bersama dengan market place yang telah ada. Langkah ini akan mempermudah promosi kepada pembeli yang sudah akrab dengan market place yang sudah tumbuh saat ini.

Fitur ketiga adalah pengelolaan keuangan pasar. Si Mantri Pasar bisa digunakan untuk mengelola retribusi secara transparan. Uang yang sudah masuk ini kemudian digunakan untuk menyokong kebutuhan operasional pasar, misalnya perawatan sarana dan prasarana, gaji pegawai, dan lainnya. 
Riset Si Mantri Pasar ini dimulai pada Maret lalu bermitra dengan Kementerian Perdagangan. Risetnya akan dikembangkan selama tiga tahun ke depan. Sebagai tahap awal, riset ini akan diujicobakan di Pasar Ciborelang, Kabupaten Majalengka. 

"Saya memahami, riset seperti ini tidak bisa selesai sekali saja. Kalau nanti sudah selesai (tiga tahun) dan platform harus dilanjutkan, siapa yang akan membiayai? Ini akan jadi PR saya. Bisa jadi nanti akan membutuhkan angel investor dan itu sudah mulai dipikirkan di awal riset, " tutur Dr. Agus.
Ia berharap penelitiannya ini bisa mendorong pengelola pasar untuk lebih kompetitif. Tidak hanya pedagang dan pembeli yang merasakannya manfaatnya. Pengelola pasar dan pemerintah daerah pun melangkah maju bersama. (Deny Willy Junaidy, Ph.D., Sekretaris Bidang Pengabdian Masyarakat LPPM ITB)***
 

1018

views