Tenda Fleksibel untuk Penanggulangan Bencana
Tags: ITB4People, Community Services, Pengabdian Masyarakat, SDGs9
Gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, Palu, Sulawesi Tengah, dan Mamuju, Sulawesi Barat, tercatat sebagai bagian dan bencana gempa bumi besar di Indonesia yang terjadi pada tiga tahun terakhir. Selain itu, bencana alam lain melanda Tanah Air seperti banjir dan tanah longsor.
Dalam rentang satu tahun mulai Februari 2020 hingga Februari 2021, bahkan telah terjadi kurang lebih 3.253 bencana menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Indonesia bahkan disebut Bank Dunia sebagai salah satu dari 35 negara dengan tingkat risiko ancaman bencana paling tinggi di dunia.
Dengan banyaknya catatan bencana serta potensinya di masa depan, peningkatan kesiapsiagaan bencana ialah hal mutlak.
Oleh karena itu, saat ini sedang didorong kolaborasi pentaheliks pemerintah bersama dengan akademisi dan segenap elemen masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan mulai tingkat individu, keluarga, hingga masyarakat.
Salah satu upaya untuk peningkatan kesiapsiagaan itu ialah mengembangkan desain dan prototipe tenda darurat untuk berbagai keperluan pascabencana oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Bandung dengan tim yang dipimpin Andry Widyowijatnoko dari Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan.
Pengembangan tenda darurat knock-down itu dilakukan dengan bantuan mahasiswa Abdul Azis dan M Isa Tsaqif bekerja sama dengan Rumah Amal Salman ITB. Ada dua tenda yang dibuat dalam program itu, yaitu truss tunnel dan lattice tunnel.
Tenda truss tunnel
Tenda truss tunnel merupakan alternatif desain tenda darurat pertama yang diproduksi tim kami. Tenda tersebut memanfaatkan sistem konstruksi knock-down.
Struktur tunnel dibentuk batang-batang yang membentuk lengkungan tunnel dan batang-batang yang membentuk panjang tunnel dengan sedikit mungkin jenis elemen batang dan sambungan yang digunakan. Batang-batang yang membentuk kelengkungan tunnel dirakit sedemikian rupa sehingga membentuk bidang-bidang segitiga atau truss, yang merupakan geometri paling stabil.
Karakteristik utama sistem itu ialah portabel dan modular. Karakteristik portabel ditunjukkan dengan kemampuan tenda darurat dikonstruksikan tanpa peralatan khusus serta berpindah tempat dalam bentuk kit (kumpulan komponen modular).
Karakteristik modular dengan sedikit mungkin varian komponen memungkinkan perakitan tenda dapat dilakukan dengan cepat. Perakitan tenda tidak memerlukan kodifikasi yang rumit.
Tenda itu menggunakan pipagalvanis sebagai material utama rangka tenda; tali jenis webbing atau kernmantle untuk bracing; dan kain cordura 1000D untuk membran tenda. Daya tahan material menjadi aspek utama pemilihan material komponen tenda.
Pipa galvanis dan kain cordura dikenal karena daya tahannya yang tinggi terhadap cuaca hujan. Dimensi panjang, lebar, dan tinggi prototipe cenda itu ialah 8 x 5,25 x 4,5 m. Namun, panjang tenda knock-down dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Struktur pada tenda truss tunnel terdiri dari lima rangka (frame) utama yang dihubungkan elemen horizontal; tali bracing; dan membran. Frame utama menahan beban lateral arah melintang. Behan lateral ditahan frame utama yang merupakan gabungan dua rangkaian pipa rangka yang saling mengakukan. Satu rangkaian pipa merupakan bracing dari rangkaian pipa lain dan saling terhubung menjadikan frame utama cukup kaku untuk menahan beban lateral.
Pembebanan lateral arah memanjang itu ditumpu elemen horizontal, tali bracing, dan membran tenda. Elemen horizontal membantu tenda bergerak secara bersama-sama ketika beban lateral di arah memanjang mulai bekerja.
Pergerakan itu membantu meminimalkan kerusakan komponen. Selanjutnya, tali bracing dan membran tenda membantu mengakukan tenda.
Tenda lattice tunnel
Tenda lattice tunnel menjadi alternatif desain tenda darurat kedua yang diproduksi tim kami. Sesuai dengan namanya, tenda itu menggunakan struktur lattice pada rangkanya.
Struktur lattice pada tenda itu merupakan struktur diagrid yang menciptakan kekakuan struktur tanpa penambahan elemen struktur. Struktur itu merupakan rekayasa desain untuk pengurangan berat, energi, dan waktu manufaktur. Struktur itu diharapkan dapat menahan gaya lateral yang lebih baik jika dibandingkan dengan tenda sebelumnya.
Sistem knock-down juga diaplikasikan dengan menyederhanakan modul elemen utama dengan hanya berupa batang utama pembentuk panjang dan kelengkungan struktur yang sama dan sambungan X yang mengikat batang-batang elemen utama tersebut.
Dua jenis batang lain digunakan hanya untuk perkuatan dan rangka bukaan di kedua ujung tunnel. Material tenda lattice tunnel sama dengan tenda truss tunnel untuk material rangka dan tali bracing.
Tenda lattice tunnel menggunakan kain cordura 750D yang lebih ringan. Struktur tenda yang berupa diagrid memungkinkan modifikasi panjang tenda yang lebih fleksibel sesuai dengan kebutuhan pengguna tenda.
Selain fitur respons beban lateral, kelebihan lain kedua tenda di atas ialah fleksibilitas penggunaan tenda. Tinggi ruang pada kedua tenda di atas memungkinkan penggunaan fleksibel tenda sesuai dengan kebutuhan mitigasi bencana, seperti posko mitigasi bencana, posko relawan dan bamuan bencana, dapur umum, selter pengungsi, klinik darurat, dan sekolah darurat. Tinggi ruang tenda juga memungkinkan pemenuhan kebutuhan udara penghuni tenda dengan baik.
Pengembangan
Proses pengembangan desain dan pembuatan prototipe tenda knock-down merupakan perpaduan amara rekayasa keteknikan dan keilmuan praktis para tukang besi. Hasil dari perpaduan itu ialah dua prototipe sistem tenda knock-dawn yang mudah dan murah untuk diproduksi massal dan mudah umuk dibongkar pasang. Sistem modular dengan variasi elemen sesedikit mungkin ialah kunci utama kesuksesan sistem konstruksi tenda ini.
Pengembangan tenda darurat harus tetap dilakukan untuk menemukan solusi-solusi inovatif naungan darurat yang aman, mudah, cepat, dan terjangkau. Tidak menutup kemudian, di masa mendatang, tercipta alternatif desain yang lebih sesuai. Solusi-solusi tersebut menjadi hal penting upaya peningkatan ketahanan kehidupan masyarakat indonesia terhadap bencana. (M-1)