Tempat Sampah Pintar untuk Cibeusi yang Lebih Bersih
Tags: ITB4People, Community Services, SDGs12
Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan yang hingga saat ini masih sulit ditangani dengan baik. Setiap hari akan selalu ada sampah yang dihasilkan, baik itu dihasilkan oleh individu, rumah tangga hingga negara. Sampah dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik misalnya sampah dapur, dedaunan, dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik misalnya kaleng bekas, wadah dan kantong plastik. Apabila kedua jenis sampah ini dibuang dengan cara yang benar, tidak akan menjadi masalah. Namun yang terlihat disekitar kita, banyak terjadi penimbunan yang membuat lingkungan menjadi kumuh dan kotor sehingga mampu mendatangkan berbagai penyakit. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, Indonesia menghasilkan sampah sebanyak 21,88 juta ton pada tahun 2021. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak untuk mengatasi masalah ini karena kelestarian lingkungan terkait erat dengan keberlangsungan hidup. Saat ini mulai muncul kesadaran bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik, layak dan nyaman, maka dari itu setiap orang wajib pula menjaga kelestarian lingkungan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan individu sulit menjaga kebersihan khususnya membuang sampah dengan benar karena kurangnya pengetahuan dan ketersediaan tempat sampah yang sesuai dengan jenis sampah, untuk itu perlu adanya penyuluhan dan sarana untuk membuang sampah dengan benar. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) UU No.23 Tahun 1997 mengandung makna bahwa setiap orang turut berperan serta dalam pengembangan budaya bersih, kegiatan penyuluhan dan bimbingan dibidang lingkungan hidup. Maka dari itu, pengabdian masyarakat yang merupakan salah satu kegiatan dari Tridharma Perguruan Tinggi disamping dharma penelitian dan pendidikan ini diadakan, dan kami akan membuat smart trash can yang diberi nama GaneSHCA ITB (Ganesa Smart Trash Can ITB) dengan prinsip membuang sampah tanpa harus menyentuh wadah sampah dengan tujuan menghindari kontak dengan bakteri dan virus yang melekat pada wadah sampah tersebut. Kita saat ini masih dalam kondisi pandemi corona virus, alangkah baiknya untuk tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar. Selain itu juga kami akan mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan pengoperasian alat ganeSHCA ITB. Pada program ini kami akan membantu masyarakat mengatasi masalah sampah, khususnya di desa Cibeusi, kecamatan Jatinangor.
Desa Cibeusi merupakan salah satu dari 12 desa di kecamatan Jatinangor yang berlokasi dibagian barat wilayah kecamatan dan berbatasan langsung dengan kecamatan Cileunyi, kabupaten Bandung. Desa ini berlokasi dipinggir jalan serta dapat diakses dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangga desa Cibeusi sebanyak 14 RW dan 39 RT dengan luas wilayah 164 hektar. Jumlah penduduk sebesar 92.346 orang, namun pendidikan didesa ini cukup memprihatinkan karena jumlah orang yang tidak/belum pernah bersekolah sebesar 4822 orang dan yang tidak bersekolah lagi sebesar 28.663 orang serta yang tidak memiliki ijazah pendidikan mencapai 25,7% dari total penduduk. Alasan pemilihan desa ini yaitu jumlah rumah tangga miskin yang cukup banyak dan capaian indeks desa membangun terendah dibandingkan desa lainnya menurut website e-officedesa.sumedangkab.go.id serta pendidikan yang cukup rendah. Masalah lingkungan selalu berbanding lurus dengan pendidikan. Apabila pendidikan disuatu daerah sudah baik, maka lingkungannya pun akan tetap terawat. Begitulah permasalahan yang dihadapi warga Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
“Masyarakat Desa Cibeusi yang memiliki lahan tidak ingin mengembangkannya sendiri, namun kebanyakan dari masyarakat menjual lahan tersebut dan kemudian si pembeli menjadikan lahan tersebut sebagai kost-kostan, hal ini dikarenakan letak Desa Cibeusi yang sangat strategis dan dekat dengan perguruan tinggi seperti IPDN, ITB, UNPAD dan lain-lain. Sehingga mayoritas masyarakat Desa Cibeusi memiliki pekerjaan sebagai penjaga kost. Padahal lahan tersebut bisa digunakan sebagai bank sampah dan semacamnya” ujar Pak Asep selaku pengurus Kantor Desa Cibeusi saat diwawancarai tanggal 21 Juli 2022.
Tim GaneSHCA ITB yang terdiri dari tiga orang yaitu Dr. Megawati Zunita, S.Si., M.Si selaku dosen, Viona Aulia Rahmi, ST dan Chairul Syifarachman selaku mahasiswa merancang strategi untuk membantu desa ini agar mendapatkan pengetahuan pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi dan lingkungan yang baik.
Langkah-langkah dalam pendekatan dan pemecahan masalah ini telah dirancang. Hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu yaitu identifikasi dan menganalisa masalah. Desa Cibeusi memiliki angka pendidikan yang cukup rendah, hal yang menyebabkan pengetahuan mengenai pembuangan dan pengolahan sampah sangat minim. Desa Cibeusi juga memiliki indeks desa membangun yang rendah, yang berarti ketepatan pembangunan dari pemerintah juga cukup rendah serta angka kemiskinan yang tinggi, menyebabkan fasilitas pelayanan publik juga sangat rendah jumlahnya, seperti tempat sampah di setiap sudut lokasi pelayanan publik. Hal ini akan dapat meningkatkan penimbunan sampah serta menimbulkan berbagai penyakit.
Tim GaneSHCA ITB mengembangkan dan mengambil keputusan solusi masalah ini untuk menciptakan tempat sampah yang memiliki teknologi, sehingga masyarakat akan merasakan pengalaman membuang sampah tanpa harus menyentuh wadah sampah agar meminimalisir perpindahan dan penyebaran virus serta bakteri.
Solusi yang telah kami putuskan, akan kami terapkan di berbagai lokasi pelayanan publik seperti sekolah, kantor desa, lapangan dan lain-lain, dimana lokasi-lokasi yang akan banyak dikunjungi oleh masyarakat Desa Cibeusi. GaneSHCA ITB akan dibuat sepasang, yaitu untuk sampah organik dan anorganik. Sehingga masyarakat dapat mengolah sampah sesuai dengan jenisnya.
Hasil yang diperoleh bagi tim dalam penerapan teknologi yaitu mampu merancang dan membuat smart trash can dengan baik. Hasil yang akan diperoleh masyarakat yaitu pengetahuan mengenai pemilahan sampah serta lingkungan yang bersih, sehat dan sejahtera.
Pada tanggal 24 September 2022, Tim GaneSHCA ITB melakukan penyuluhan dengan judul “Pentingnya Pendidikan” yang dihadiri oleh kader PKK dan anggota karang taruna. Penyuluhan ini berisi mengapa seseorang harus mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya serta memperkenalkan teknik kimia ITB kepada masyarakat yang hadir. Pertanyaan yang dilontarkan oleh pesera penyuluhan yaitu seputar info beasiswa, tips dan trik agar bisa berkuliah di ITB dan prospek kerja jurusan teknik kimia.
Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan saja tidak cukup untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat Desa Cibeusi. Untuk mengatasi masalah lingkungan, Tim GaneSHCA ITB membuat robot pintar yang diberi nama GaneSHCA ITB (Ganesha Smart Trash Can ITB) berupa tempat sampah otomatis yang tidak perlu usaha untuk membukanya, dengan menanamkan program dan meletakkan sensor pada tempat sampah akan membuatnya terbuka sendiri dengan jarak 47 cm. Hal ini akan mengurangi kontak fisik terhadap tempat sampah dan mengurangi penyebaran kuman dan bakteri yang terdapat pada tempat sampah. Sebelum cara merakit GaneSHCA ITB di informasikan kepada masyarakat Desa Cibeusi, tim lebih dahulu mencari tahu tata peletakkan yang sesuai agar tempat sampah pintar ini dapat bekerja dengan baik. Tim juga bereksperimen dengan alat dan bahan yang murah dan mudah didapat serta berkualitas.
Penyuluhan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 19 November 2022 dengan judul “Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik” yang membahas mengenai apa itu sampah organik dan anorganik, bagaimana cara memilahnya, bagaimana mengolah sampah yang telah dibuang dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Penyuluhan ini juga memperkenalkan bank sampah dan prinsip kerjanya. Peserta yang hadir yaitu kader PKK dari berbagai RW. Setelah penyuluhan, Tim GaneSHCA ITB memperkenalkan tempat sampah pintar GaneSHCA ITB dengan cara merakitnya bersama. Peserta yang hadir sangat antusias mengikuti acara hingga selesai dan ditutup dengan penyerahan 10 unit tempat sampah kepada pihak Desa Cibeusi.
Hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini yaitu pemahaman masyarakat mengenai pentingnya mengenyam pendidikan setinggi-tingginya yang mampu meningkatkan segala aspek kehidupan. Masyarakat juga memahami jenis-jenis sampah seperti sampah organik dan anorganik, cara memilahnya dan cara mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, bermanfaat serta bernilai jual. Peserta yang hadir juga memahami bagaimana cara merakit GaneSHCA ITB, hal ini perlu dilakukan untuk memperkenalkan komponen-komponen utama dari tempat sampah pintar GaneSHCA ITB. Antusias dari para peserta sangat terlihat dari bagaimana mereka melontarkan pertanyaan, aktif dalam perakitan GaneSHCA ITB, dan kebahagiaan yang muncul saat GaneSHCA ITB selesai dirakit. Sehingga, beberapa peserta mengirimkan umpan balik kepada tim dalam bentuk formulir yang telah tim berikan. Komentar peserta seperti kegiatan ini dapat terus berlanjut, ucapan terima kasih dan apresiasi.
Kegiatan ini berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala. Harapan kedepannya, tempat sampah pintar GaneSHCA ITB akan dikembangkan menjadi tempat sampah pintar yang mampu membedakan sampah organik dan anorganik anorganik agar pengetahuan yang telah diberikan kepada masyarakat Desa Cibeusi semakin dapat direaliasasikan sehingga mampu membantu masyarakat mengatasi masalah lingkungan yang ada saat ini dan menciptakan wilayah bersih, indah serta sehat.